Minyak turun di Asia, prospek permintaan yang lebih lemah jadi fokus

0
66
Taken with sony a7 II

Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena kekhawatiran tentang melemahnya permintaan akibat perlambatan ekonomi global membayangi penurunan pasokan yang tertunda bersama pemotongan produksi yang dijanjikan Arab Saudi.

Minyak mentah berjangka Brent melemah 6 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 76,89 dolar AS per barel pada pukul 06.40 GMT.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 6 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 72,49 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak ditutup naik sekitar satu persen pada Rabu (7/6/2023), didukung oleh rencana Arab Saudi untuk pengurangan produksi yang dalam, meskipun kenaikan harga tetap dibatasi oleh meningkatnya stok bahan bakar AS dan data ekonomi China yang lemah.

“Harga minyak telah mencoba untuk pulih akhir-akhir ini, tetapi itu tampak kesulitan,” kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.

“Pasokan yang lebih ketat tetapi prospek permintaan yang lebih lemah dapat terus menjaga harga minyak dalam pola rentang yang luas sejak awal tahun, dengan resistensi langsung pada level 80 dolar AS untuk minyak mentah Brent,” tambah Yeap.

Persediaan bahan bakar AS yang lebih besar dari perkiraan dilaporkan pada Rabu (7/6/2023) menimbulkan kekhawatiran atas permintaan dari konsumen minyak utama dunia, terutama karena perjalanan diperkirakan telah meningkat selama akhir pekan Memorial Day.

Persediaan bensin naik 2,7 juta barel dalam seminggu, EIA mengatakan Rabu (7/6/2023), lebih tinggi dari ekspektasi para analis untuk kenaikan 880.000 barel.

Stok sulingan naik hampir 5,1 juta barel dalam seminggu, melebihi prediksi para analis untuk kenaikan 1,3 juta barel.

“Kami mempertimbangkan untuk menurunkan harga minyak kami secara substansial dengan tidak adanya tindakan OPEC+ Minggu (4/6/2023) lalu, tetapi bahkan penurunan 1 juta barel per hari tampaknya tidak akan mendukung kenaikan harga yang berkelanjutan,” kata analis Citi pada Kamis.

“Baik perkiraan OPEC maupun IEA memiliki angan-angan tentang percepatan pertumbuhan permintaan pada akhir tahun,” tambah para analis.

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun 451.000 barel dalam sepekan, karena kilang-kilang mengeluarkan bahan bakar ke level tertinggi sejak 2019 selama liburan Memorial Day.