Harga minyak turun untuk hari kedua di perdagangan Asia pada Rabu sore, setelah kenaikan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS memicu kekhawatiran permintaan di tengah data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan dari Amerika Serikat dan China, dua konsumen minyak terbesar dunia.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 49 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 74,42 dolar AS per barel pada pukul 06.57 GMT..
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 55 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan pada 70,84 dolar AS per barel.
“Harga minyak mentah tetap berat karena pedagang energi tidak bisa menghilangkan kekhawatiran permintaan global.
Tidak peduli seberapa optimis semua orang untuk paruh kedua tahun ini di China, situasi saat ini terlalu mengecewakan,” kata Edward Moya, seorang analis di OANDA.
Stok minyak mentah AS naik sekitar 3,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 12 Mei, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API).
Tujuh analis yang disurvei oleh Reuters, memperkirakan penarikan 900.000 barel.
Data pemerintah AS tentang stok minyak mentah dan produk akan dirilis pada pukul 14.30 GMT.
Menumpuknya persediaan minyak mentah menambah kekhawatiran tentang pertumbuhan AS setelah data menunjukkan penjualan ritel naik 0,4 persen pada April, jauh dari perkiraan untuk peningkatan 0,8 persen.
Pembicaraan tentang menaikkan plafon utang AS juga terus membebani pasar.
Departemen Keuangan AS telah memperkirakan bahwa Amerika Serikat akan mengalami gagal bayar yang melumpuhkan paling cepat 1 Juni jika Kongres tidak menaikkan plafon.
Di China, produksi industri April dan pertumbuhan penjualan ritel di bawah perkiraan, menunjukkan ekonomi kehilangan momentum pada awal kuartal kedua.
“Sentimen memburuk di tengah pembicaraan plafon utang AS yang terhenti dan pendapatan pengecer yang mengecewakan semalam.
Kekhawatiran resesi kembali menyeret pasar global,” kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
Pasar dengan cermat mengikuti setiap langkah baru untuk memperluas sanksi terhadap Rusia oleh para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) ketika mereka bertemu di Jepang pada 19-21 Mei.
G7 ingin menargetkan penghindaran sanksi yang melibatkan negara ketiga, yang bertujuan untuk membatasi produksi energi Rusia di masa depan dan mengekang perdagangan yang mendukung militer Rusia, kata pejabat yang memiliki pengetahuan langsung tentang diskusi tersebut.