JAVAFX – Minyak mentah berjangka menguat 0,8% pada perdagangan dibursa komoditi hari Rabu (26/2), setelah pada sesi sebelumnya menurun sekitar 3%. Penurunan itu merupakan hari ketiga karena mendapat tekanan dari kekhawatiran epidemic virus corona dan pemerintah AS tengah memperingatkan warga Amerika untuk bersiap mengadapi penyakit ini.
Dikutip dari laman Reuters, aksi jual minyak terus bertambah setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan bahwa warga Amerika harus mulai bersiap atas penyebaran virus covid-19 pasca laporan kasus baru yang muncul pada minggu di beberapa negara di luar China.
Minyak mentah Minyak Brent menguat 0,66% di level 54,70, setelah sempat turun $1,35, atau 2,4% di $54,95 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (Minyak Mentah WTI Berjangka) AS menguat 0,82% di 50,31, yang sebelumnya anjlok $1,53, atau sebesar 3%, di $49,90 per barel.
Kekhawatiran tentang dampak permintaan dari virus telah mendorong Brent turun hampir $ 10 per barel tahun ini meskipun penutupan sebagian besar produksi Libya dan pakta pasokan antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.
Menteri Energi Arab Saudi pada Selasa mengatakan OPEC+ tidak boleh berpuas diri mengenai virus covid-19. Namun Rusia, negara kunci dari kesepakatan apa pun, belum mengumumkan posisinya mengenai pembatasan lebih lanjut.
Pasokan minyak mentah AS dalam sepekan melonjak naik sebesar 1.3 juta barel berdasarkan laporan yang dirilis oleh American Petroleum Institute (API) dini hari tadi untuk pekan yang berakhir 21 Februari. Malam nanti, Energy Information Administration (EIA) akan merilis laporan serupa, dimana untuk stok versi EIA diperkirakan akan naik sebesar 2.5 juta barel. AS pada hari Selasa memperingatkan warganya untuk mulai bersiap menghadapi penyebaran wabah covid-19 di AS, melihat dari perkembangan kasus infeksi covid-19 di Iran, Korea Selatan dan Italia yang meningkat.
Kepala International Energy Agency (IEA), Fatih Birol pada hari Selasa mengatakan bahwa IEA mungkin perlu untuk menurunkan kembali perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global meskipun saat ini prediksi pertumbuhan telah menyentuh level terendah dalam 10 tahun terakhir.
Minyak metah kemungkinan akan mendapat support pada USD49,70 dan resistance pada $54,50.