Harga minyak terangkat sekitar dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), membukukan kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut, karena serangkaian berita memicu kekhawatiran pasokan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus bertambah 2,19 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi menetap di 111,76 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus menguat 2,89 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi ditutup pada 117,98 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Reli minyak terjadi karena pedagang terus mencermati sisi penawaran.
Perusahaan Minyak Nasional milik negara Libya pada Senin (27/6) mengatakan sedang mempertimbangkan untuk menyatakan keadaan force majeure di wilayah Teluk Sirte dalam waktu 72 jam kecuali produksi dan pengiriman dilanjutkan.
“Ini mengancam untuk lebih mengurangi produksi minyak Libya, yang telah turun sekitar setengah menjadi sekitar 600.000 barel per hari sebagai akibat dari protes,” Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research mengatakan pafda Selasa (28/6) dalam sebuah catatan.
Di tempat lain, Kementerian Energi Ekuador mengatakan pada Minggu (26/6) bahwa negara itu dapat menangguhkan produksi minyak dalam 48 jam jika protes penduduk asli nasional dan blokade jalan terus berlanjut.
Pedagang juga menunggu data stok minyak mentah AS karena Badan Informasi Energi akan merilis laporan status minyak mingguannya pada Rabu waktu setempat.