JAVAFX – Harga minyak mentah AS dalam perdagangan hari Rabu (28/08/2019) menjelang pembukaan perdagangan New York, masih terlihat tangguh. Sebaliknya, harga emas mengalami penurunan.
Dorongan kenaikan harga minyak mentah didapatkan setelah pernyataan dari OPEC masalah pasokan yang diperkirakan akan menurun. Dalam kesepakatan pada 2 Juli kemarin, kartel dan sekutuanya ini sepakat produksi hanya sebesar 159%. Sementara itu, data dari API masih cukup stabil sebesar 11,1 juta barel, sehari menjelang pengumuman data resmi mingguan dari pemerintah AS. Laporan tersebut diperkirakan ada potensi untuk menurun yang cukup besar pasokannya, sehingga WTI sebagian besar diyakini akan naik harganya.
Sementara dalam perdagangan emas, harga mengalami penurunan. Koreksi harga terjadi ditengah tren pasar yang menginginkan kenaikan harga lebih lanjut. Perang dagang yang makin berlarut-larut memberikan ketidakpastian jangka panjang. Hal ini menjadi sinyal yang sangat bullish bagi Logam Mulia.
Para pialang mengharapkan reli bisa terjadi dalam perdagangan sesi AS untuk memperpanjang tidak hanya karena kelangkaan imbal hasil surat utang pemerintag tetapi fakta The Fed memiliki sedikit pilihan selain menempuh jalan memotong suku bunga secara agresif.
Bursa saham AS diyakini akan beragam pergerakannya hari ini, meskipun sejumlah sentiment berpotensi membawa kenaikan. Sentimen positif masih didukung oleh rentetan pernyataan dari sejumlah pejabat tinggi bank sentral, dimana terlihat lebih banyak potensi penurunan suku bunga global bertepatan dengan pemotongan FED pada pertengahan September nanti.
Sayangnya memang sangat sedikit berita utama dalam perdagangan kali ini meskipun lebih banyak pembicaraan terkait dengan kebijakan stimulus baru Cina sebagai pendahuluan untuk pertempuran perdagangan yang panjang dan berlarut-larut.
Beijing sebelumnya telah memberikan pernyataan bahwa Presiden Trump tidak dapat dipercaya untuk menghadapi kesepakatan apa pun sehingga menandatangani satu menjelang pemilihan tahun depan akan secara politis tidak menguntungkan bagi Presiden Xi Jinping. Oleh karena itu pasar menggali skenario perang dagang ini masih jauh dari kata berakhir.
Dalam perdagangan di pasar keuangan, kondisinya juga berada dalam ekuilibrium yang rapuh. Pasar obligasi yang menguat mendukung ekuitas, tetapi keseimbangan yang rapuh ini hanya dapat dipertahankan jika langkah kebijakan bersama dapat secara efektif menstabilkan pertumbuhan global.
Di luar masalah permintaan yang memang memberikan pukulan pada Poundsterling, sentiment yang bersumber dari Boris Johnson memang bisa meredam reli GBPUSD. Perdagangan pasangan mata uang ini telah mengempis setelah realitas pesan mata uang RBA Philip Lowe dari Jackson Hole tenggelam.
“Ketika pelonggaran kebijakan moneter, semua bank sentral tahu bahwa bagian dari mekanisme transmisi adalah depresiasi nilai tukar. Namun, jika semua bank sentral mengurangi hal yang sama pada waktu yang bersamaan, tidak ada saluran nilai tukar: kami berdagang satu sama lain, bukan dengan Mars. ” ungkap Stephen Innes pada JAVAFX News. Memang, saya senang hari-hari saya berdagang mata uang secara eksklusif sudah lama berlalu karena argumen lama saya bahwa bank sentral akan terus menekan kehidupan dari volatilitas pasar mata uang yang tampaknya akan terus berlanjut, pungkasnya. (WK)