Harga minyak melemah pada hari Jumat setelah pengawas energi Barat peringatkan bahwa pengurangan produksi yang diumumkan oleh produsen OPEC+ dapat memperburuk defisit pasokan minyak dan rugikan konsumen.
Minyak mentah berjangka Brent turun 10 sen, atau 0,12%, menjadi $85,99 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 9 sen, atau 0,11%, menjadi $82,07 per barel. Brent dan WTI siap untuk membukukan kenaikan mingguan masing-masing 1%, dan 1,7%.
Kedua minyak mentah dunia itu siap bukukan kenaikan empat minggu berturut-turut di tengah meredanya kekhawatiran krisis perbankan bulan lalu dan keputusan mengejutkan minggu lalu oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain yang dipimpin oleh Rusia, OPEC+ , untuk memotong output.
OPEC pada hari Kamis menandai risiko penurunan permintaan minyak musim panas sebagai bagian dari latar belakang pemotongan 1,16 juta barel per hari (bpd). Dalam laporan bulanan acuannya pada hari Jumat, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan keputusan OPEC+ dapat merugikan konsumen dan pemulihan ekonomi global.
“Konsumen yang dihadapkan pada kenaikan harga kebutuhan pokok sekarang harus membagi anggaran mereka lebih tipis lagi,” kata IEA dalam laporan minyak bulanannya.
“Ini menambah buruk bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.
IEA memperkirakan pasokan minyak global turun 400.000 bpd pada akhir tahun, mengutip perkiraan peningkatan produksi 1 juta bpd dari luar OPEC+ yang dimulai pada bulan Maret versus penurunan 1,4 juta bpd dari blok produsen.
Pada saat yang sama, permintaan minyak dunia akan tumbuh sebesar 2 juta barel per hari pada 2023 ke rekor 101,9 juta barel per hari, sebagian besar didorong oleh konsumsi China yang lebih kuat, katanya.