Harga minyak stabil di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, karena indikasi bahwa aliansi produsen minyak OPEC+ berusaha untuk menghindari jatuhnya harga bersama dengan sedikit pelemahan dolar AS, meredam aksi jual tajam sebelumnya.
Minyak mentah berjangka Brent terdongkrak 26 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 84,32 dolar AS per barel pada pukul 00.33 GMT, Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 19 sen menjadi diperdagangkan di 76,90 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan minyak merosot sekitar dua dolar AS per barel pada Senin (26/9/2022), sebagian besar karena penguatan dolar AS.
Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul Jabbar pada Senin (26/9/2022) mengatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, sedang memantau situasi harga minyak, ingin menjaga keseimbangan di pasar.
“Kami tidak ingin kenaikan tajam harga minyak atau keruntuhan,” katanya dalam sebuah wawancara di TV pemerintah Irak.
Komentar Abdul Jabbar membantu mendukung minyak, yang menetap di posisi terendah sembilan bulan, sebagian besar karena melonjaknya dolar AS.
OPEC+ telah meningkatkan produksi tahun ini setelah rekor pemotongan dilakukan pada 2020 karena penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, organisasi gagal memenuhi peningkatan produksi yang direncanakan.
Pelonggaran dolar AS, yang diperdagangkan secara terbalik dengan minyak, membantu mendukung harga.
Tetapi sementara dolar AS melemah dalam perdagangan pasca-penyelesaian, pada Senin pagi (26/9/2022) dolar mencapai level terkuatnya sejak Mei 2002.
Ketidakpastian atas gangguan pasokan yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina, serta pengetatan kebijakan moneter di seluruh dunia yang mengancam kelesuan ekonomi, juga membuat harga tidak bergerak lebih tinggi.