Harga minyak bertahan stabil di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, setelah jatuh sekitar dua persen di sesi sebelumnya, dengan pasar menunggu rilis data ekonomi di China, mencari tanda-tanda pemulihan ekonomi dan pertumbuhan untuk mengimbangi melemahnya permintaan di tempat lain.
Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan datar di 84,76 dolar AS per barel pada pukul 00.04 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terdongkrak 5 sen menjadi diperdagangkan pada 80,88 dolar AS per barel.
Harga minyak jatuh pada Senin (17/4/2023) karena dolar menguat di tengah ekspektasi kemungkinan kenaikan suku bunga Mei oleh Federal Reserve AS yang dapat meredam harapan pemulihan ekonomi.
China akan merilis data produk domestik bruto (PDB) pada pukul 02.00 GMT, dengan data penjualan ritel dan produksi industri juga akan dirilis hari ini.
Badan Energi Internasional (IEA) telah memperkirakan bahwa China akan berkontribusi atas sebagian besar pertumbuhan permintaan tahun 2023.
Namun lembaga itu telah memperingatkan bahwa pengurangan produksi yang diumumkan oleh produsen OPEC+ berisiko memperburuk defisit pasokan minyak yang diperkirakan pada paruh kedua tahun ini dan dapat merugikan konsumen dan pemulihan ekonomi global.
Koalisi Kelompok Tujuh (G7) akan mempertahankan batas harga 60 dolar AS per barel untuk minyak Rusia yang dikirimkan melalui laut, kata seorang pejabat koalisi, meskipun harga minyak mentah global meningkat dan beberapa negara meminta batas harga yang lebih rendah untuk membatasi pendapatan Moskow.
Sementara itu, produksi minyak mentah dan gas alam AS di tujuh cekungan serpih terbesar diperkirakan akan meningkat pada Mei ke rekor tertinggi, data dari Badan Informasi Energi menunjukkan pada Senin (17/4/2023).
Data industri tentang persediaan minyak mentah AS akan dirilis pada Selasa.
Persediaan minyak mentah AS kemungkinan turun sekitar 2,5 juta barel pekan lalu, jajak pendapat pendahuluan Reuters menunjukkan pada Senin (17/4/2023).