Minyak stabil di awal sesi Asia di tengah kekhawatiran suku bunga naik

0
90
Gas plant.

Harga minyak stabil di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, setelah jatuh lebih dari dua persen di sesi sebelumnya karena ancaman kenaikan suku bunga lebih lanjut dan berlanjutnya aliran minyak mentah Rusia.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 28 sen, menjadi diperdagangkan di 85,18 dolar AS per barel pada pukul 01.55 GMT.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 9 sen menjadi diperdagangkan di 77,99 dolar AS per barel.

Investor memperkirakan Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (1/2/2023), dengan kenaikan setengah poin oleh Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa pada hari berikutnya.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat ekonomi global dan melemahkan permintaan minyak.

Pasar juga mengalihkan perhatiannya ke pertemuan virtual yang direncanakan pada 1 Februari pukul 11.00 GMT dari para menteri Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan lainnya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.

Panel diperkirakan untuk merekomendasikan agar kebijakan produksi kelompok produsen minyak saat ini tidak berubah ketika bertemu minggu ini, lima delegasi OPEC+ mengatakan kepada Reuters pada Senin (30/1/2023).

OPEC+ sepakat pada Oktober untuk memangkas target produksinya sebesar 2 juta barel per hari (bph), sekitar 2,0 persen dari permintaan dunia, dari November hingga akhir 2023.

Rusia terus memasok pasar global dengan minyaknya meskipun larangan Uni Eropa dan pembatasan harga G7 diberlakukan atas invasinya ke Ukraina, yang menekan harga.

Memberikan beberapa dukungan untuk harga minyak, indeks dolar AS telah turun sebesar 1,3 persen sejauh Januari ini.

Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah lebih murah untuk pembeli non-AS.