Harga minyak melonjak pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), memperpanjang kenaikan pada minggu sebelumnya, didorong kemunduran dolar dari tertinggi dua bulan dan jeda dalam pembicaraan untuk mengakhiri sanksi AS terhadap minyak mentah Iran.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus, melonjak 1,39 dolar AS atau 1,9 persen, menjadi menetap di 74,90 dolar AS per barel.
Sementara, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli terangkat 2,02 dolar AS atau 2,8 persen, menjadi ditutup pada 73,66 dolar AS.
Kedua harga acuan telah meningkat selama empat minggu terakhir karena optimisme atas laju vaksinasi COVID-19 global dan perkiraan peningkatan dalam perjalanan musim panas.Rebound telah mendorong premi spot untuk minyak mentah di Asia dan Eropa ke level tertinggi beberapa bulan.
Bank of America mengatakan Brent kemungkinan akan mencapai rata-rata 68 dolar AS per barel pada tahun ini, tetapi bisa mencapai 100 dolar AS per barel pada tahun depan karena permintaan yang terpendam dan penggunaan mobil pribadi yang lebih banyak.
Minyak didorong oleh dolar AS yang lebih lemah, yang dapat mengirim investor spekulatif ke aset berdenominasi greenback seperti komoditas-komoditas.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,36 persen menjadi 91,8945 pada akhir perdagangan Senin (21/6/2021).
Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
Negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran terhenti pada Minggu (20/6/2021) setelah hakim garis keras Ebrahim Raisi memenangkan pemilihan presiden negara itu.
“Pemilihan seorang garis keras di Iran membebani pasar (penawaran) karena sanksi tampaknya tidak akan dicabut,” kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho di New York, dikutip dari Reuters.
Kesepakatan dapat menyebabkan Iran mengekspor tambahan 1 juta barel per hari, atau 1,0 persen dari pasokan global, selama lebih dari enam bulan dari fasilitas penyimpanannya.
Pejabat Iran dan Barat mengatakan kemenangan Raisi tidak mungkin mengubah posisi negosiasi Iran.
Dua diplomat mengatakan mereka mengharapkan istirahat perundingan sekitar 10 hari.
Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi pada Senin (21/6/2021) mendukung pembicaraan antara Iran dan enam kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, tetapi dengan tegas menolak pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden, sekalipun jika Washington menghapus semua sanksi.
Selain itu, harga minyak telah mendapat dukungan dari perkiraan pertumbuhan terbatas dalam produksi minyak AS, memberi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) lebih banyak kekuatan untuk mengelola pasar dalam jangka pendek sebelum potensi kenaikan kuat dalam produksi minyak serpih AS pada 2022.