JAVAFX – Minyak mentah berjangka terpantau naik pada awal perdagangan hari Selasa (1/9) di sesi Asia, dengan membalikkan kerugian semalam karena investor beralih ke aset berisiko dan menjauh dari Dolar AS yang merupakan safe-haven, yang merosot ke level terendah lebih dari dua tahun.
Minyak mentah Brent (LCOc1) berjangka naik 27 sen atau 0,6% menjadi $45,55 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS (CLc1) naik 21 sen atau 0,5% menjadi $42,82 per barel.
Kedua kontrak minyak patokan turun sekitar 1% pada hari Senin kemarin di tengah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan minyak dengan permintaan global yang terjebak di bawah level pra Covid-19.
Dolar (=USD) terakhir turun 0,04% pada 92,146 terhadap sekeranjang mata uang, setelah mencapai level terendah sejak Mei 2018, terus turun setelah perubahan kebijakan Federal Reserve AS terkait inflasi yang diumumkan pekan lalu.
Dolar AS yang melemah membuat minyak dan komoditas lain yang dihargai dalam dolar lebih menarik bagi pembeli global. Secara keseluruhan, pasar tetap fokus pada pemulihan yang terhenti dalam permintaan bahan bakar karena negara-negara terus memerangi pandemi virus korona dengan penguncian Covid-19 yang bergulir.
Menjelang rilis data stok AS dari grup industri American Petroleum Institute, jajak pendapat Reuters menemukan analis memperkirakan stok minyak mentah AS turun sekitar 2 juta barel dalam sepekan hingga 28 Agustus.
Persediaan bensin terlihat turun 3,6 juta barel, sementara persediaan sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas, diperkirakan turun 1,5 juta barel, menurut perkiraan enam analis yang disurvei oleh Reuters.