Minyak naik di Asia, kekhawatiran permintaan imbangi penarikan AS

0
64
red green yellow orange color fuel gasoline dispenser background

Harga minyak sedikit lebih tinggi di perdagangan Asia pada Rabu sore, bangkit dari kerugian sesi sebelumnya, karena kekhawatiran tentang permintaan yang lebih lemah mengimbangi data industri yang menunjukkan penarikan lebih besar dari perkiraan dalam stok minyak mentah AS.

Minyak mentah berjangka Brent berada di 104,55 dolar AS per barel pada pukul 06.40 GMT, naik 15 sen atau 0,1 persen.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 27 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 95,25 dolar AS per barel.

Setelah penyelesaian perdagangan Selasa (26/7/2022), kelompok industri American Petroleum Institute (API) mengatakan stok minyak mentah di Amerika Serikat turun 4 juta barel pekan lalu.

Penurunan itu empat kali lebih besar dari penurunan yang diperkirakan oleh para analis dalam jajak pendapat Reuters.

“Penurunan persediaan yang lebih tajam akan mendukung harga minyak, tetapi rebound dibatasi oleh kekhawatiran tentang potensi permintaan yang lemah, dan Gedung Putih menyatakan bahwa mereka akan lebih lanjut merilis cadangan strategis,” kata Leon Li, analis CMC Markets yang berbasis di Shanghai.

Selain itu, prospek Federal Reserve AS akan mengumumkan kenaikan suku bunga agresif pada Rabu membebani sentimen dan membatasi kenaikan harga minyak, katanya.

Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada Rabu, menggarisbawahi kekhawatiran tentang prospek permintaan AS dan prospek dolar yang lebih kuat, yang akan membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

.

“Dengan latar belakang pasar yang umumnya berhati-hati di tengah ancaman resesi karena kenaikan suku bunga yang agresif, para pedagang tampaknya membutuhkan sedikit pembenaran untuk memangkas posisi beli menjadi reli menjelang perkiraan kenaikan jumbo Fed lainnya, secara efektif menjaga harga dibatasi untuk saat ini,” kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, dalam sebuah catatan pada Rabu.

Pemerintah Biden mengatakan pada Selasa (26/7/2022) bahwa pihaknya akan menjual tambahan 20 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) negara itu sebagai bagian dari rencana yang diumumkan sebelumnya,untuk memanfaatkan fasilitas tersebut guna menenangkan harga minyak yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina dan pemulihan permintaan menyusul pandemi Covid19.

Pemerintah mengatakan pada akhir Maret akan melepaskan rekor 1 juta barel minyak per hari selama enam bulan dari SPR.

Amerika Serikat telah menjual 125 juta barel dari cadangannya dengan hampir 70 juta barel dikirim ke pembeli.