Harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari setahun di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena penurunan stok minyak mentah di Amerika Serikat menambah kekhawatiran atas ketatnya pasokan global akibat pengurangan produksi OPEC+.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 85 sen menjadi diperdagangkan di 94,53 dolar AS per barel pada pukul 06.49 GMT, setelah naik di atas 95 dolar AS pada awal sesi untuk pertama kalinya sejak Agustus 2022.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 78 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 97,33 dolar AS per barel setelah mencapai level yang tidak pernah terlihat sejak November.
“Pasar minyak dengan cepat menyadari fakta bahwa pengurangan produksi OPEC+ yang diumumkan pada musim panas berdampak besar pada ketersediaan minyak mentah,” kata Stefano Grasso, manajer portofolio senior di 8VantEdge di Singapura.
“Persediaan menurun sementara permintaan terus meningkat.
Kita masih jauh dari tingkat harga yang menyebabkan kehancuran permintaan.” Stok minyak mentah AS turun 2,2 juta barel pada pekan lalu menjadi 416,3 juta barel, data pemerintah menunjukkan, jauh melebihi penurunan 320.000 barel yang diperkirakan para analis dalam jajak pendapat Reuters.
Stok minyak mentah di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, titik pengiriman minyak mentah berjangka AS, turun 943.000 barel dalam seminggu menjadi kurang dari 22 juta barel, terendah sejak Juli 2022, data menunjukkan.
Stok minyak di Cushing telah menurun hingga mendekati titik terendah dalam sejarah karena kuatnya permintaan penyulingan dan ekspor, sehingga memicu kekhawatiran mengenai kualitas minyak yang tersisa di pusat tersebut dan apakah minyak tersebut akan berada di bawah tingkat operasi minimum.
Penurunan stok minyak mentah tersebut menyusul pengurangan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun yang dilakukan oleh Arab Saudi, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan sekutu lainnya yang membentuk kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.
Kelompok produsen akan bertemu pada 4 Oktober untuk meninjau pasar.
Grasso berkata: “Saya pikir Saudi dapat menerima harga yang jauh lebih tinggi, namun tidak lebih rendah lagi, dan jika pemotongan 10 persen produksi memberi mereka kenaikan harga sebesar 30 persen, hal ini masuk akal untuk dilakukan.” Sementara itu, Presiden Vladimir Putin memerintahkan pemerintahannya untuk memastikan harga bahan bakar eceran stabil setelah lonjakan akibat peningkatan ekspor.
Sebagai tanggapan, wakil perdana menterinya mengutip usulan untuk membatasi ekspor produk minyak yang dibeli buat keperluan dalam negeri, sehingga menambah ketatnya pasar.
“Meskipun harga minyak mengincar harga 100 dolar AS per barel untuk Brent, narasi suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama di AS mungkin mengurangi antusiasme dan membatasi harga,” kata Sugandha Sachdeva, direktur eksekutif dan kepala strategi di Acme Investment Advisors.