Harga Minyak mentah naik tipis pada sesi Selasa pagi di Asia atas optimis pasar terhadap kelanjutan pemulihan ekonomi di kawasan seperti Eropa dan AS akan meningkatkan permintaan bahan bakar. Namun, jumlah kasus COVID-19 yang terus meningkat di wilayah lain membatasi kenaikan pada emas hitam tersebut.
Uni Eropa berencana untuk melonggarkan pembatasan pada puncak perjalanan musim panas yang akan datang, sementara negara bagian di sekitar wilayah New York di AS akan mencabut sebagian besar pembatasan kapasitas COVID-19 pada bisnis.
Minyak mentah berjangka Brent naik tipis 0,03% menjadi $67,58. Sementara minyak WTI berjangka naik tipis 0,02% menjadi $64,50.
Minyak telah melonjak pada 2021 atas investor bertaruh bahwa vaksinasi COVID-19 akan membantunya kembali ke level sebelum COVID-19. Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell juga mengatakan pada hari Senin bahwa pemulihan ekonomi AS “membuat kemajuan nyata.” Meski beliau memperingatkan bahwa jalan menuju pemulihan masih panjang.
Di sisi pasokan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu (OPEC+) akan disambut oleh kekuatan pasar sejauh ini di bulan Mei setelah mengurangi pengurangan produksi. Irak, produsen terbesar kedua kartel itu, memperkirakan harga bahan bakar akan tetap sekitar $65 per barel dalam beberapa bulan mendatang.
Pasar saat ini tengah menantikan data persediaan minyak mentah AS dari American Petroleum Institute, yang akan dirilis hari ini.
Namun, di Asia, jumlah kasus COVID-19 yang terus melonjak terus membayangi pasar. Jumlah kasus di India, importir minyak terbesar ketiga secara global, mencapai 19,9 juta pada 4 Mei, menurut data Universitas Johns Hopkins.
Di tempat lain di Asia, negara-negara termasuk Jepang, Thailand, Laos, Nepal dan Bhutan telah melaporkan jumlah kasus COVID-19 yang meningkat secara signifikan selama beberapa minggu terakhir.