Minyak mentah kembali tergelincir untuk sesi kedua berturut-turut di perdagangan sesi Senin. Penguncian wilayah COVID-19 baru di Cina meningkatkan kekhawatiran baru atas permintaan bahan bakar global.
Minyak mentah Brent kontrak berjangka Maret turun 15 sen, atau 0,3% menjadi $55,26 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate AS kontrak Maret berada di $52,19 per barel, turun 8 sen, atau 0,2%.
Laporan terbaru kenaikan kasus COVID-19 di China pada hari Senin menimbulkan kekhawatiran permintaan di konsumen energi terbesar di dunia terebut.
Minyak mentah di bawah tekanan pada Jumat lalu pasca laporan persediaan minyah AS. Administrasi Informasi Energi AS laporkan persediaan minyak mentah AS naik 4,4 juta barel dalam sepekan hingga 15 Januari. Angka ini jauh jika dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 1,2 juta barel.
Jumlah rig minyak dan gas alam yang ditambahkan oleh perusahaan energi AS naik selama sembilan minggu berturut-turut dalam seminggu hingga 22 Januari. Tetapi masih 52% di bawah tahun lalu, data dari Baker Hughes menunjukkan.
Beberapa faktor mendukung mempengaruhi harga minyak mentah dalam beberapa minggu terakhir. Diantaranya pengurangan produksi tambahan dari eksportir utama dunia, Arab Saudi. Tetapi investor sedang mengamati kembali dimulainyapembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran tentang kesepakatan nuklir. Hal in dapat membuat Washington mencabut sanksi atas ekspor minyak Teheran, meningkatkan pasokan.
Menteri Perminyakan Iran mengatakan pada hari Jumat ekspor minyak negara itu telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Dan penjualan produk minyak bumi ke pembeli asing mencapai rekor tertinggi meskipun ada sanksi AS.
Sementara itu, pada hari Minggu, penjaga pantai Indonesia menyita kapal tanker MT Horse berbendera Iran dan MT Freya berbendera Panama. Penahanan ini atas dugaan transfer bahan bakar ilegal di perairan Indonesia.