Minyak Mentah Lanjutkan Trend Bearish Ditengah OPEC Dahului Rusia Pangkas Produksi

0
110

JAVAFX – Pada perdagangan di bursa komoditi hari Jumat (6/3), harga minyak mentah berjangka terpantau melanjutkan penurunan meski negara anggota OPEC telah berjanji untuk melakukan pemangkasan produksi tambahan.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) sebagai patokan untuk harga minyak mentah AS, naik 93 sen, atau 1,8%, menjadi $45,95 per barel. Minyak mentah berjangka Brent sebagai patokan global yang diperdagangkan di London untuk turun $1,14 atau 2,2% menjadi $50,08.

Meskipun sempat ada penguatan minggu ini, WTI tetap turun 24% tahun ini dan Brent turun 23%.

Sebelumnya harga minyak mentah turun 2% dan Brent ditutup di bawah $50 per barel, meskipun OPEC kembali melakukan pemangkasan produksi untuk mengurangi kerugian akibat krisis virus covid-19.

Sejumlah delegasi yang menghadiri pertemuan kebijakan OPEC di Wina dilaporkan menyepakati rencana Arab Saudi untuk memangkas 1,5 juta barel per hari dari produksi global.

Pengurangan terbaru ini merupakan tambahan 50% dari pemangkasan 1,0 juta barel per hari yang sebelumnya telah disepakati OPEC. Angka yang lebih tinggi ini adalah upaya Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman untuk mencoba “mengejutkan” pasar menjadi reli sejak ia mulai menjabat pada bulan September.

Namun harga minyak mentah gagal menguat pada hari Kamis karena ada informasi bahwa sekutu utama OPEC yakni Rusia belum menandatangani rencana tersebut.

Hal lain yang mendorong penurunan minyak adalah Wall Street, dipicu anjloknya S&P 500 sekitar 3% setelah California, negara bagian AS terbesar kedua, menyatakan darurat penyebaran virus covid-19. Epidemi global sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 11 orang Amerika dan menginfeksi lebih dari 100 lainnya.

Harga minyak mentah turun sebanyak 16% minggu lalu menyusul hilangnya permintaan ratusan juta barel akibat virus covid-19, dan menjadi minggu terburuk di pasar sejak Oktober 2008, ketika Resesi Hebat dimulai.

Badan Energi Internasional memperkirakan permintaan minyak tahun ke tahun di seluruh dunia diprediksi turun 435.000 barel per hari dalam kuartal pertama 2020, kontraksi kuartal pertama dalam lebih dari satu dekade.