Minyak berjangka beringsut melemah di sesi Jumat atas penguatan dolar AS sehingga membebani harga menjelang data pekerjaan utama AS. Namun, minyak mentah menuju kenaikan mingguan atas langkah OPEC+ akan memangkas produksi.
Minyak mentah berjangka Brent turun 25 sen, atau 0,26%, menjadi $94,17 per barel. Sementara minyak mentah berjangka WTI turun 25 sen menjadi $88,20 per barel, setelah sebelumnya mencapai $89,37 per barel, tertinggi sejak 14 September.
Menguatnya Greenback memberi tekanan pada harga minyak di tengah suara bulat dari para pejabat Federal Reserve yang hawkish menandakan pengetatan kebijakan agresif lebih lanjut.
Gubernur Fed Lisa Cook, Presiden Fed Chicago Charles Evans dan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari menekankan, perang terhadap inflasi sedang berlangsung dan mereka tidak siap untuk mengubah arah.
Namun, harga kedua minyak mentah acuan menuju kenaikan mingguan, didorong oleh pengumuman pengurangan produksi oleh kelompok produsen OPEC+.
Pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia, OPEC+, merupakan yang terbesar sejak 2020 dan dilakukan menjelang embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia. Keputusan itu akan menekan pasokan di pasar yang sudah ketat, dan menambah inflasi.