Minyak mentah bertahan di atas $75 per barel pada hari Kamis, mendekati level tertinggi multi-minggu sehari sebelumnya, didukung oleh penurunan besar persediaan minyak mentah AS dan melonjaknya harga gas alam Eropa.
Persediaan minyak mentah AS turun 6,4 juta barel pada pekan lalu, melampaui perkiraan analis yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 3,5 juta barel, dengan fasilitas minyak lepas pantai yang masih dalam masa pemulihan dampak Badai Ida bulan lalu.
Minyak mentah Brent naik 11 sen, atau 0,2%, ke level harga $75,57 per barel. Sebelumnya di sesi Rabu, minyak Brent menyentuh harga tertingginya sejak 30 Juli, di $76,13. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2 sen menjadi $72,63.
Minyak Brent telah reli 46% sepanjang tahun ini, didukung oleh berkurangnya pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, ditambah beberapa pemulihan dari runtuhnya permintaan terkait pandemi tahun lalu.
Minyak juga mendapat dukungan dari lonjakan harga listrik Eropa, yang melonjak karena faktor-faktor termasuk persediaan gas yang rendah dan pasokan gas dari Rusia yang lebih rendah dari normal. Harga gas acuan Eropa di pusat TTF Belanda telah meningkat lebih dari 250% sejak Januari.
Terdapat tanda-tanda pemulihan permintaan minyak, menyusul laporan yang sangat diawasi minggu ini mengatakan bahwa penggunaan minyak global akan naik di atas 100 juta barel per hari, level yang terakhir terlihat pada 2019, segera setelah kuartal kedua tahun depan.
Namun ada yang membebani harga minyak, yakni sinyalemen dimulainya kembali upaya pemulihan di Teluk AS setelah Badai Nicholas, yang diturunkan menjadi depresi tropis.