Minyak Mentah Bangkit Kembali Setelah Tertidur Sejenak

0
75
golden sunset in crude oil refinery with pipeline system

JAVAFX – Pada perdagangan di bursa komoditi hari Selasa (25/02) petang, minyak mentah berjangka bergerak stabil dikala investor mulai membeli komoditas ini setelah mengalami penurunan hampir 4% pada sesi sebelumnya, meski kekhawatiran penyebaran Covid-19 masih terus menghantam negara-negara ekonomi utama dan mengurangi pada permintaan bahan bakar.

Seperti yang dikutip dari laman Reuters, minyak mentah Minyak Brent Berjangka naik 19 sen, atau sebesar 0,3%, di $56,49 per barel, setelah jatuh 3,8% pada hari Senin kemarin, penurunan harga terbesar sejak 3 Februari lalu.

Minyak mentah berjangka WTI AS naik 17 sen, atau sebesar 0,3%, menjadi $51,60, pulih dari penurunan sebesar 3,7% pada sesi sebelumnya.

Kekhawatiran permintaan berdampak pada pergerakan liar harga minyak dan juga bagi beberapa komoditas industri pada hari Senin, sementara bursa saham di AS dan Eropa mengalami kerugian terbesar sejak pertengahan tahun 2016.

Di Amerika Serikat, pasokan minyak mentah terlihat mengalami kenaikan selama lima minggu berturut-turut, sementara produk olahan kemungkinan turun, jajak pendapat awal menunjukkan Senin.

Negara-negara di seluruh dunia meningkatkan upaya untuk mencegah pandemi virus Covid-19 yang berasal dari Cina dan kini telah menginfeksi lebih dari 80.000 orang, 10 kali lipat lebih banyak daripada virus SARS tahun 2002/2003.

Pemerintah China mengumumkan korban meninggal akibat terinfeksi cirus corona di provinsi Hubei kini mencapai 2.663 orang dan 20 jiwa berada diluar China. Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan angka-angka kasus kematian terbaru sekitar 115 jiwa dengan jumlah total kasus di Tiongkok menjadi lebih dari 77.658 orang terinfeksi, 27.232 orang dinyatakan sembuh dan Sekitar 2.663 pasien dinyatakan kritis, sementara 2.589 lainnya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Dalam waktu 24 hari terakhir, ada sekitar 71 kasus berat dengan 68 diantaranya berasal dari Provinsi Hubei, pusat penyebaran virus corona.

Kendati demikian, China mengklaim tingkat kematian akibat Covid-19 tidak setinggi Ebola, SARS, MERS, dan virus besar lainnya.

Duta besar China untuk Indonesia, Xiao Qian mengatakan klaim tersebut berdasarkan penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa jurnal kesehatan lain. Tingkat kematian virus corona per 23 Februari 2020 hanya sebesar 3,3%, kendati epidemi itu telah menewaskan lebih dari 2.600 orang.

Secara komparatif berbicara tingkat kematian akibat Covid-19 itu rendah. Tingkat fatalitas Ebola 40,4%, sementara per hari ini Covid-19 antara 2,3 atau 3,3% terus berubah. Tingkat kematian SARS juga lebih tinggi dari virus corona yakni sebesar 9,6%, sementara MERS dan virus N1H1 masing-masing sekitar 34,4% dan 77.6%.