Harga minyak bagaikan api yang membara pada hari Jumat, melonjak di atas $88 per barel dipicu laporan serangan Israel ke Iran. Pasar dilanda kekhawatiran akan disrupsi pasokan minyak Timur Tengah, memicu lonjakan harga yang signifikan.
Kontrak minyak Brent melonjak lebih dari $3 sebelum sedikit mereda, menyentuh level $88,51 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tak mau ketinggalan, mencatatkan kenaikan $1,38 dan menetap di harga $83,48 per barel.
Di balik gejolak ini, terbentang kisah tentang serangan udara Israel di tanah Iran. Sumber-sumber Reuters mengkonfirmasi aksi ini, mengantarkan babak baru dalam pertikaian kedua negara yang berisiko menyeret kawasan ke jurang konflik yang lebih dalam.
Media Iran melaporkan ledakan, namun pejabat setempat mengklaim ledakan tersebut berasal dari sistem pertahanan udara. Media pemerintah Iran menambahkan bahwa tiga drone yang menargetkan kota Isfahan berhasil ditembak jatuh.
Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, Iran melancarkan ratusan drone dan rudal dalam serangan balasan atas dugaan serangan Israel terhadap kompleks kedutaannya di Suriah. Sebagian besar drone dan rudal berhasil dihancurkan sebelum mencapai wilayah Israel, dengan kerusakan dan korban jiwa yang minimal.
Para investor kini mengamati dengan cermat respons Israel terhadap serangan drone Iran pada 13 April. Awal pekan ini, premi risiko geopolitik dalam harga minyak menunjukkan tren penurunan, dipicu spekulasi bahwa tekanan internasional akan memoderasi setiap tindakan balasan Israel.
Di sisi lain, lanskap pasokan minyak global mengalami perubahan dengan dicabutnya lisensi penting AS yang memungkinkan Venezuela, anggota OPEC, untuk mengekspor minyak ke pasar global. AS juga memberlakukan sanksi terhadap Iran, anggota OPEC lainnya, yang menargetkan kendaraan udara tak berawaknya menyusul serangan drone negara itu ke Israel. Namun, sanksi tersebut tidak menargetkan industri minyak Iran.