JAVAFX – Berita komoditas di hari Selasa(1/8/2017),
Harga minyak masih menguat dan tetap diatas level $50/barel pada perdagangan sore ini terbantu dengan sanksi minyak AS terhadap Venezuela dan makin turunnya produksi minyak AS dalam 2 bulan terakhir.
Secara pada hari ini, harga minyak naik lebih dari 10% sejak pekan lalu didukung oleh beberapa kegiatan seperti pasca meeting JMMC di Rusia awal pekan ini dan turunnya persediaan minyak pemerintah AS selama 4 minggu berturut-turut.
Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sebetulnya masih melemah kurang dari 4% sejak awal tahun.
Hal ini disebabkan adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan selanjutnya di minggu depan.
Minggu lalu, Energy Information Administration melaporkan bahwa persediaan minyak pemerintah AS masih mengalami penurunan kembali di minggu lalu sehingga dalam 4 minggu terakhir secara berurutan mengalami penurunan.
EIA juga mencatat bahwa produksi minyak AS sedikit menurun 19 ribu barel perhari menjadi total 9,41 juta barel perhari setelah naik 10% sejak pertengahan tahun lalu.
Sedangkan pengaktifan rig AS sepanjang bulan ini hanya bertambah 10 buah saja, angka terkecil sejak Mei 2016 lalu.
Kecilnya persediaan dan produksi AS ini disebabkan peningkatan ekspor minyak suling atau minyak bahan bakar AS ke beberapa negara Amerika Latin, Eropa dan kawasan Asia, seperti Jepang, Korea dan China.
China sendiri mengalami kenaikan rata-rata 300 ribu barel perhari.
Bahkan Eropa sendiri mengandalkan minyak avtur dan minyak diesel dari AS.
Faktor aksi beli lanjutan ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak menguat $0,13 atau 0,26% di level $50,30 per barel.
Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,07 atau 0,13% di harga $52,79 per barel.
Namun banyak pihak masih khawatir dengan membaiknya harga minyak tersebut, karena kebiasaan pihak AS bila harga naik maka produksi minyak AS akan makin meninggi, terbukti dengan pernyataan EIA minggu lalu, bahwa penurunan persediaan tersebut hanya karena pengurangan impor minyak AS dan bukan karena produksi yang berkurang banyak.
Selain itu penguatan minyak juga didukung akan dikenakannya sanksi yang akan AS lakukan terhadap Venezuela setelah diindikasikan pemilu Minggu lalu hanya main-main saja.
Venezuela merupakan anggota OPEC dan mempunyai produksi 2 juta barel perhari.
Namun sanksi tersebut tidak jadi dilaksanakan.
Sebelumnya perdagangan minyak meroket setelah pihak Arab Saudi bersedia mengurangi ekspor minyaknya menjadi 6,6 juta barel perhari atau lebih rendah 1 juta barel perhari mulai pengiriman bulan Agustus nanti.
Sedangkan Nigeria juga telah bersedia untuk membatasi produksi minyaknya tidak lebih dari 1,8 juta barel perhari, dan pula Libya juga akan ikut dikenakan pembatasan produksi ketika Libya mampu mencetak produksi 1,4 – 1,6 juta barel perhari selama 90 hari dan berkelanjutan.
Pertemuan evaluasi anggota OPEC akan dilakukan minggu depan di Abu Dhabi Uni Emirat Arab karena pihak OPEC melihat produksi minyaknya di bulan lalu naik 200 ribu barel perhari dan kepatuhan pemangkasan produksi minyak 1,2 juta barel perhari masih di angka 78% saja.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: The Indian Express