JAVAFX – Minyak mentah berjangka pada perdagangan hari Jumat (21/2) di bursa komoditi terpantau merosot pada sesi Asia, kekhawatiran pasar terhadap gangguan pasokan minyak mentah dan permintaan yang berkurang pasca penurunan dalam jumlah besar karena virus corona di China.
Pada perdagangan di New York Mercantile Exchange, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman di bulan April turun 0,52% berada pada lebel $53,60 per barel. Minyak mentah kemungkinan akan mendapat support di level $50,88 dengan resistance $54,63.
Sementara itu di ICE, Minyak brent untuk penyerahan April melemah 0,05% dan diperdagangkan pada $59,02 per barrel, sedangkan spread antara kontrak Minyak brent dan Minyak metah berada pada $5,42 per barrel.
Ketegangan di Libya yang telah menyebabkan penutupan pelabuhan dan ladang minyak negara itu tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir, sementara sanksi AS terhadap anak perusahaan utama minyak negara Rusia yakni Rosneft untuk memotong pasar minyak mentah Venezuela telah membantu menghidupkan kembali kekhawatiran pasokan minyak global.
Pemimpin Libya yang diakui secara internasional Fayez al-Serraj memupus harapan untuk menghidupkan kembali perundingan perdamaian pada Rabu setelah Tentara Nasional Libya (LNA) Khalifa Haftar menembaki pelabuhan ibukota, yang dikuasai oleh pemerintah al-Serraj.
Konflik yang berlangsung ini telah memangkas ekspor minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph), sementara kerugian dari blokade minyak telah melampaui nilai $1,6 miliar.
Pemerintah China mengumumkan korban meninggal akibat terinfeksi cirus corona di provinsi Hubei kini mencapai 2.244 orang. Pihak berwenang terus meningkatkan penanganan dengan melakukan pencegahan penyebaran wabah virus tersebut yang terus menelan korbannya.
Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan angka-angka kasus kematian terbaru sekitar 115 jiwa dengan jumlah total kasus di Tiongkok menjadi lebih dari 75.000 dengan 2.233 kematian di China daratan, 11 lainnya di tujuh negara yakni Korea Selatan, Iran, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Filipina dan Prancis. Ada 411 kasus baru di provinsi itu dengan 319 orang di Wuhan dan sisanya tersebar di beberapa kota lain.
China mengatakan bahwa mereka kembali mengubah metode penghitungan pasien dengan hanya akan memasukkan didiagnosis lewat tes laboratorium.