Minyak jatuh di Asia, data ekonomi AS lemah picu kekhawatiran resesi

0
83
"Silhouette of an oil rig photographed at sunset, late afternoon. Tanker in the background. Cross processed slightly. Photographed against the sun."

Minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena data ekonomi AS yang lemah meningkatkan kekhawatiran atas potensi resesi global dan pengurangan permintaan, tetapi harga patokan menuju kenaikan mingguan setelah OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi lebih lanjut dan stok minyak AS turun.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 41 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 84,58 dolar AS per barel pada pukul 06.16 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 45 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 80,16 dolar AS per barel.

Brent dan WTI sama-sama naik hampir 6,0 persen sepanjang minggu ini, menuju kenaikan tiga minggu berturut-turut setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, menjanjikan pengurangan produksi sukarela.

“Reli minyak mentah berhenti karena melawan hambatan yang diciptakan oleh data ekonomi yang lemah.

Ini mengimbangi fundamental yang lebih positif,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Sektor jasa-jasa AS melambat lebih dari yang diharapkan pada Maret karena permintaan mendingin, sementara ukuran harga yang dibayarkan oleh bisnis jasa-jasa turun ke level terendah dalam hampir tiga tahun, memberi Federal Reserve dorongan dalam perang melawan inflasi.

Bank sentral Selandia Baru menaikkan suku bunga lebih besar dari yang diperkirakan pada Rabu (5/4/2023) dan India kemungkinan akan menjadi yang berikutnya untuk meningkatkan suku bunga acuannya.

Sementara itu, lowongan pekerjaan AS pada Februari turun ke level terendah dalam hampir dua tahun, menunjukkan pasar tenaga kerja sedang mendingin.

Banyaknya data ekonomi yang lemah memperburuk sentimen pasar, memicu kekhawatiran resesi dan mendorong investor untuk mengadopsi strategi penghindaran risiko.

Indeks dolar AS menguat pada Kamis, rebound dari level terendah dua bulan baru-baru ini.

Greenback yang lebih kuat dapat mengurangi permintaan minyak karena minyak mentah menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

“Perlambatan prospek ekonomi AS membebani kenaikan harga minyak AS, namun kami terus memperkirakan kenaikan harga minyak lebih lanjut hingga akhir kuartal,” Baden Moore dan Adam Skelton, analis dari National Australia Bank menulis dalam sebuah catatan.

Mendasari pasar, Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia, menaikkan harga minyak mentah andalannya untuk pembeli Asia selama tiga bulan berturut-turut.

“Ini menunjukkan penguatan lebih lanjut dalam permintaan di kawasan ini,” kata ANZ Research.

Persediaan minyak mentah AS turun 3,7 juta barel pekan lalu, sekitar 1,5 juta barel lebih banyak dari perkiraan, menurut data pemerintah.

Stok bensin dan sulingan juga turun lebih dari yang diperkirakan, jatuh masing-masing sebesar 4,1 juta barel dan 3,6 juta barel.