Minyak berubah tipis, penarikan stok AS imbangi khawatir COVID China

0
65
Pipeline in industrial district

Harga minyak sedikit berubah di perdagangan Asia pada Rabu sore, karena penarikan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan mengimbangi kekhawatiran tentang meningkatnya kasus COVID-19 di importir minyak utama China.

Minyak mentah berjangka Brent naik tipis delapan sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 80,07 dolar AS per barel pada pukul 07.15 GMT.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun tipis satu sen menjadi diperdagangkan di 76,22 dolar AS per barel.

Persediaan minyak mentah AS turun sekitar 3,1 juta barel dalam sepekan hingga 16 Desember, menurut sumber pasar yang mengutip data dari American Petroleum Institute (API), sementara sembilan analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan stok sebesar 1,7 juta barel.

Persediaan bensin naik sekitar 4,5 juta barel, sementara stok sulingan naik 828.000 barel, menurut sumber, yang berbicara tanpa menyebut nama.

“Penarikan persediaan AS yang lebih besar dari perkiraan, ditambah dengan rencana AS untuk mengisi ulang cadangan minyak strategis (SPR) mereka telah mendukung harga minyak,” kata Serena Huang, kepala analisis APAC di Vortexa.

“Tetapi optimisme telah dibatasi oleh tekanan penurunan dari meningkatnya hambatan ekonomi global dan lonjakan kasus COVID China baru-baru ini,” tambah Huang.

Sementara itu, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita negara Saudi bahwa anggota OPEC+ mengabaikan politik dari proses pengambilan keputusan serta keluar dari penilaian dan perkiraan mereka.

Menteri menambahkan, keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak yang banyak dikritik ternyata tepat untuk mendukung stabilitas pasar dan industri.

Harga minyak didorong oleh komentar ini yang menunjukkan bahwa OPEC+ dapat terus menjaga ketat pasokan untuk mendukung harga minyak, kata analis CMC Markets Tina Teng, dikutip dari Reuters.

Kekhawatiran yang meningkat tentang lonjakan kasus COVID-19 di China karena negara itu mulai membongkar kebijakan nol-COVID yang ketat membuat harga minyak tidak banyak bergerak lebih tinggi.

Pendekatan negara itu membuat infeksi dan kematian relatif rendah di antara 1,4 miliar populasi, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia telah melabelinya tidak “berkelanjutan” tahun ini karena kekhawatiran akan dampaknya terhadap kehidupan warga dan ekonomi negara.

Impor minyak mentah China dari Rusia pada November naik 17 persen dari tahun sebelumnya, karena kilang-kilang China bergegas untuk mengamankan lebih banyak kargo menjelang batas harga yang diberlakukan oleh negara-negara Kelompok Tujuh (G7) pada 5 Desember.

Peningkatan tersebut menjadikan Rusia pemasok minyak utama untuk China di depan Arab Saudi.