Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Jumat sore, dan bersiap untuk kenaikan mingguan ketiga karena data ekonomi China lebih baik dari perkiraan dan laporan rekor konsumsi minyak memperkuat pandangan bahwa permintaan konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia itu akan meningkat.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 65 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 94,35 dolar AS pada pukul 06.30 GMT.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 67 sen juga 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 90,83 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan minyak tersebut naik sekitar 4,0 persen dari minggu lalu.
Produksi industri dan penjualan ritel China meningkat lebih cepat dari perkiraan pada Agustus, menunjukkan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut mulai stabil dari keterpurukan selama berbulan-bulan.
Data dari Biro Nasional yang dirilis pada Jumat juga menunjukkan pengolahan kilang-kilang minyak meningkat ke rekor 64,69 juta ton pada Agustus, naik 19,6 persen dari tahun sebelumnya dan setara dengan 15,23 juta barel per hari.
Produksi penyulingan melonjak karena perusahaan-perusahaan pengolahan China mempertahankan tingkat harga yang tinggi untuk memenuhi permintaan perjalanan musim panas dan memanfaatkan penguatan margin untuk mengekspor ke konsumen Asia.
“Bertaruh pada minyak menjadi perdagangan favorit di Wall Street.
Tidak ada yang meragukan keputusan OPEC+ (negara-negara penghasil minyak) pada akhir bulan lalu akan membuat pasar minyak sangat ketat pada kuartal keempat,” kata analis Edward Moya di OANDA.
Rekor tingkat penyulingan di China terjadi karena penurunan produksi oleh produsen utama Rusia dan Arab Saudi yang meningkatkan kekhawatiran terhadap pasokan.
Kekhawatiran pasokan telah mendorong Brent dan WTI ke level tertinggi sejak November.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada minggu ini pihaknya memperkirakan pengurangan produksi minyak yang berkepanjangan di Arab Saudi dan Rusia akan mengakibatkan defisit pasar hingga kuartal keempat.