Meski Pasokan Menurun, Harga Minyak Tetap Turun

0
88
Oil Rig

JAVAFX – Harga minyak mentah dalam perdagangan berjangka di hari Rabu (24/07/2019) berakhir turun lebih rendah. Penurunan harga terjadi ditengah kabar pasokan mentah AS yang turun sebesar 11 juta barel karena badai tropis beberapa waktu lalu. Sayangnya, penurunan pasokan yang diharapkan bisa menjadi pendorong kenaikan harga minyak, menjadi tak berdaya oleh sentiment fundamental yang bersumber dari kekhawatiran pasar akan permintaan energi yang masih lemah.

Dalam laporan terkini, pasokan minyak mentah AS turun 10,8 juta barel untuk pekan yang berakhir 19 Juli, sebagaimana dilaporkan oleh Lembaga Informasi Energi pada hari Rabu. Sementara produksi minyak mentah juga turun, akibat gangguan sementara yang disebabkan oleh badai Teluk Meksiko awal bulan ini.

Para pembeli tidak akan membeli minyak berjangka berdasarkan premis kuartal ketiga yang ketat, namun  mereka mencari prospek jangka panjang. Merujuk pada data pasokan terbaru, terlihat bahwa pasokan  sangat terpengaruh oleh Badai Barry. Sebaliknya dalam jangka panjang justru masih ada  kekhawatiran tentang perlambatan permintaan energi global berkat ketegangan perdagangan AS-Cina yang masih belum reda. Alhasil dengan premis yang demikian, para pialang memilih untuk tetap menekan harga minyak.

Akhirnya, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman bulan September turun 89 sen, atau 1,6%, berakhir di $ 55,88 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga telah naik ke level $ 57,64. Sementara untuk minyak mentah Brent turun 65 sen, atau 1%, menjadi $ 63,18 per barel di ICE Futures Europe-turun dari posisi tertinggi hari itu di $ 64,66.

Kedepannya, data pasokan minyak mentah oleh EIA masih menjadi pertimbangan khusus. Penurunan pasokan seebsar 11 juta barel yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa, memang lebih tinggi daripada ekspektasi analis yang disurvei oleh S&P Global Platts, yaitu  sebesar 4,4 juta barel. Tak heran bila pasokan minyak saat ini mengalami penurunan sebesar 40 juta barel dari jumlah puncaknya di tahun 2019 setelah enam minggu berturut-turut menurun. Penurunan pasokan sebelumnya yang terjadi cukup besar adalah selama 10 minggu dari minggu yang berakhir 17 November 2017 hingga 19 Januari 2018.

EIA sendiri memperkirakan bahwa produksi minyak domestik masih akan turun 700.000 barel menjadi 11,3 juta barel untuk pekan yang berakhir 19 Juli setelah Badai Barry. Tingkat produksi di atas tingkat tahun lalu 11 juta barel per hari.

Selain masalah pasokan, sentiment perdagangan dalam sepekan mendatang masih akan diwarnai dengan perundingan AS – China. Jika perundingan tersebut berjalan dengan baik, aka nada harapan bahwa harga minyak bisa terkatrol naik oleh ekspektasi naiknya permintaan energi. Sebaliknya, jika perundingan tersebut kembali menemui jalan buntu, harga minyak akan kembali melemah.

Meski demikian, pelaku pasar tentu tidak bisa mengabaikan begitu saja ketegangan di Timur Tengah saat ini. Krisis ini dianggap bisa mengancam aliran minyak di wilayah tersebut. Meskipun pasar berusaha menolak untuk mengambil banyak dari premis secara geopolitik. Dalam berita terkait pada hari Rabu, pemerintah Inggris telah mengirim seorang mediator ke Iran untuk membahas cara-cara membebaskan kapal tanker Inggris yang disita oleh Iran pekan lalu, demikian menurut laporan berita dari Kantor Berita Tasnim.

Konsensus umum, jarak antara harga minyak Brent dan WTI biasanya sekitar $ 5- $ 7 per barel, yang bernilai terbalik, akan tetapi konsekuensi dari sudut pandang konsensus ini adalah bahwa mungkin ada lebih dari cukup permintaan pada 2020. Jadi sudut pandangnya adalah bahwa minyak dapat dan mungkin bergerak lebih tinggi, tetapi benar adanya bahwa akan lebih rendah pada tahun 2020 nanti. (WK)