Harga emas memang menguat pada perdagangan sesi Selasa, dengan melemahnya dolar serta imbal hasil obligasi AS memberikan beberapa dukungan untuk logam mulia, bahkan ketika bank sentral siap melakukan pelonggaran stimulus ekonomi.
Apa yang mendukung emas dengan membuatnya lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain, adalah turunnya dolar ke level terendah dua minggu terhadap sejumlah mata uang mayoritas. Imbal hasil obligasi acuan 10-tahun AS yang juga melemah, mengurangi biaya peluang emas batangan yang tidak menghasilkan.
Dari Inggris, Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengirim sinyal baru pada akhir pekan kemarin bahwa bank sentral Inggris siap untuk menaikkan suku bunga karena risiko inflasi yang meningkat.
Emas kerap dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, meskipun pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, yang pada gilirannya diterjemahkan menjadi biaya peluang yang lebih tinggi bagi memegang emas yang tidak membayar bunga.
Pelaku pasar juga terpengaruh data yang menunjukkan produksi manufaktur AS turun di September, karena kekurangan semikonduktor global yang berkelanjutan sehingga menekan output kendaraan bermotor, bukti lebih lanjut bahwa kendala pasokan masih menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi.
Emas spot naik 0,5% menjadi $1.773,77 per ons, sementara emas berjangka AS naik 0,5% menjadi $1.774,40. Emas pada perdagangan berjangka, saat ini berada dalam kisaran terikat, jika bertahan di level $1.774, emas berpeluang kembali ke level $1.780. Namun, jika emas koreksi dan menembus level $1.770, emas berpeluang menuju ke level terendah kemarin, di 1.760.
Pada perdagangan logam mulia lainnya, perak spot naik 1,1% menjadi $23,42 per ons, sementara platinum naik 0,8% menjadi $1.044,11 dan paladium naik 0,7% pada $2.028,39.