Menteri vaksinasi COVID-19 Jepang yang populer, Taro Kono, siap mengumumkan pencalonannya pada Jumat untuk memimpin partai yang berkuasa dan sekaligus menjadi perdana menteri berikutnya.
Kono menjadi kandidat ketiga yang maju dalam bursa kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang dibuka pekan lalu saat Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan akan mundur.
Kono tampaknya memiliki keunggulan di atas mantan menteri luar negeri Fumio Kishida dan mantan menteri dalam negeri Sanae Takaichi dalam pemilihan.
Hampir sepertiga responden dalam jajak pendapat oleh media lokal pekan lalu mengatakan Kono (58 tahun) lulusan Georgetown University adalah yang paling cocok menggantikan Suga.
Kono mengaku telah memberi tahu Suga terkait niatnya untuk mencalonkan diri beberapa jam sebelum konferensi pers di mana ia membuat pengumuman resmi, menurut laporan media.
Pemenang dari pemungutan suara anggota partai akar rumput dan anggota parlemen pada 29 September mendatang hampir dipastikan menjadi perdana menteri karena LDP memiliki mayoritas di majelis parlemen rendah.
Pemimpin baru kemudian akan mengarahkan partai dalam pemilihan majelis rendah yang harus diselenggarakan pada 28 November 2021.
Anggota parlemen mengandalkan pemimpin baru untuk menggenjot dukungan partai setelah peringkat Suga anjlok.
Kishida cukup terkenal dan dapat mengandalkan dukungan faksi partainya, sementara Takaichi yang berharap menjadi perdana menteri wanita pertama Jepang mengantongi dukungan dari sisi konservatif partai, termasuk mantan perdana menteri yang berpengaruh Shinzo Abe.
Satu pertanyaan lagi apakah mantan menteri pertahanan Shigeru Ishiba yang juga dikenal di antara anggota partai, akan mencalonkan diri atau mendukung Kono.
Sementara dukungan Suga dirusak oleh penanganan buruknya terhadap pandemi virus corona, Kono, yang bertanggung jawab atas peluncuran vaksinasi yang sulit tetap terkenal, terutama di kalangan pemilih yang lebih muda.
Kepopuleran itu sebagian berkat kemampuannya menjangkau publik lewat Twitter di mana ia memiliki 2,3 juta pengikut, suatu hal yang jarang terjadi dalam politik Jepang yang didominasi oleh pria tua yang kurang mahir dengan media sosial.
Beberapa anggota LDP merasa Kono terlalu muda mengingat rata-rata usia perdana menteri saat menjabat sejak 2000 sekitar 62 tahun.
Kekhawatiran mereka termasuk gaya penyedirinya dalam sebuah sistem yang berjalan berdasarkan konsensus, dan sikap blak-blakan yang terkadang bisa membuatnya menantang garis partai.
Terlepas dari reputasinya, Kono mengikuti kebijakan kunci Abe ketika dia menjabat sebagai menteri pertahanan dan menteri luar negeri dalam kabinetnya.
Dia telah membedakan sikap konservatifnya dari sikap ayahnya, mantan kepala sekretaris kabinet Yohei Kono, yang menulis permintaan maaf pada 1993 kepada “wanita penghibur”, sebuah eufemisme untuk wanita yang dipaksa bekerja di rumah bordil militer masa perang Jepang.
Kono akan mengumumkan pencalonan dirinya pada pukul 16.00 waktu Jepang, menurut keterangan kantornya.