Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dijadwalkan bertemu hari Rabu (19/5) di sela-sela pertemuan tingkat menteri Dewan Arktik di Reykjavik, Islandia.
Ini akan menjadi pertemuan tatap muka pertama mereka dan berlangsung pada waktu ketegangan meningkat antara kedua negara mereka.
Pertemuan ini juga akan menjadi landasan bagi rencana pertemuan puncak bulan depan antara Presiden AS Joe Biden dan pemimpin Rusia Vladimir Putin.
Departemen Luar Negeri AS, Rabu (19/5) mengatakan pertemuan pada sore hari itu “akan memberi peluang untuk menguji proposisi apakah kita dapat mencapai suatu hubungan dengan Moskow yang lebih stabil dan dapat diprediksi.” Blinken pada hari Selasa (18/5) mendesak masyarakat global untuk menghindari militerisasi Kutub Utara.
AS sebelumnya telah menuduh Rusia mewajibkan kapal-kapal asing meminta izin melewati kawasan itu dan membiarkan pilot-pilot maritim Rusia menaiki kapal-kapal itu sambil mengancam kekerasan terhadap kapal yang tidak patuh.
“Kami telah melihat Rusia mengajukan klaim maritim yang tidak sah, khususnya regulasinya terhadap kapal-kapal asing yang melalui jalur Laut Utara, yang tidak konsisten dengan hukum internasional,” kata Blinken dalam konferensi pers bersama dengan menteri luar negeri Islandia.
Pernyataan Blinken dilontarkan sehari setelah Lavrov memperingatkan negara-negara Barat agar tidak mengklaim hak atas Kutub Utara.
“Sudah jelas bagi siapapun untuk waktu yang lama bahwa ini adalah wilayah kami, ini adalah daerah kami,” kata Lavrov kepada wartawan di Moskow.
“Kami bertanggung jawab untuk memastikan pantai Kutub Utara aman.” Sementara perubahan iklim mempercepat pelelehan lapisan es Kutub Utara, kawasan itu menjadi semakin mudah diakses.
Dalam beberapa tahun ini, Putin telah menjadi kawasan Kutub Utara Rusia sebagai prioritas strategis yang lebih tinggi, meningkatkan ketegangan dengan para anggota Dewan Arktik terkait investasinya dalam infrastruktur militer dan penambangan mineral.
AS belakangan ini berselisih dengan Rusia terkait pemenjaraan pengecam Kremlin Alexey Navalny oleh Moskow, penambahan kekuatan militer Rusia di dekat Ukraina, serangan siber terhadap jaringan pipa gas terbesar AS oleh para peretas yang diyakini berada di Rusia.
Rusia menyatakan pemerintahnya tidak terlibat dalam serangan siber.
Rusia menuduh AS berupaya mencampuri urusan dalam negerinya, termasuk soal pemenjaraan Navalny.