Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken saat ini telah tiba di Beijing.
Ia menjadi diplomat tertinggi AS pertama yang mengunjungi China sejak 2018.
Blinken mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Qin Gang, diplomat tertinggi China Wang Yi, dan kemungkinan besar Presiden China Xi Jinping.
Baik pejabat AS dan China mengakui perlunya untuk menstabilkan hubungan bilateral antar kedua negara distabilkan.
Namun harapan bagi kedua negara untuk dapat mengatur ulang hubungan penuh atas sejumlah isu, seperti hak asasi manusia, Taiwan, dan teknologi, dan masalah keamanan lainnya terlihat tipis.
Sesaat sebelum berangkat ke China pada Jumat (16/6) malam, Blinken mengatakan pada sebuah konferensi pers di Washington bahwa pejabat AS akan berbicara terus terang dengan rekan sejawatnya China tentang “kekhawatiran yang sangat nyata” terhadap berbagai masalah.
Berbicara di samping Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan, Blinken mengatakan AS ingin memastikan “bahwa persaingan yang kami miliki dengan China tidak mengarah ke arah konfrontasi atau konflik.” Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan pada Jumat (16/6) bahwa “Amerika Serikat memandang China sebagai saingan utamanya dan tantangan geopolitik yang paling penting. Ini adalah kesalahan penilaian strategis utama.” Dia mengatakan persaingan yang AS dengan China adalah “bukan persaingan yang bertanggung jawab, tetapi intimidasi yang tidak bertanggung jawab.
(Persaingan) itu hanya akan mendorong kedua negara ke arah konfrontasi dan menciptakan dunia yang terpecah belah.” Blinken adalah menteri luar negeri AS pertama yang mengunjungi Beijing sejak 2018.
“Saat berada di Beijing, Menlu Blinken akan bertemu dengan pejabat senior (Republik Rakyat China) di mana ia akan membahas pentingnya mempertahankan jalur komunikasi terbuka untuk mengelola hubungan AS-RRC secara bertanggung jawab.
Dia juga akan mengangkat isu-isu bilateral yang menjadi perhatian, baik global dan masalah regional, dan kerja sama potensial pada tantangan transnasional bersama,” kata Departemen Luar Negeri, Rabu (14/6).
Pada Selasa (13/6) malam, Blinken melakukan pembicaraan dengan Qin melalui saluran telepon.
Blinken mencuit di platform Twitternya bahwa ia dan Qin “membahas upaya berkelanjutan untuk menjaga saluran komunikasi terbuka serta masalah bilateral dan global.” Di Beijing, para pejabat China pada Rabu(14/6) meminta AS untuk menghentikan apa yang mereka sebut sebagai upaya Washington yang merusak kepentingan keamanan dan pembangunan China.
Namun Beijing menambahkan kedua negara dapat mengelola perbedaan dan mempromosikan kerja sama.
Wang mengatakan selama pengarahan pada Rabu (14/6) bahwa pemerintah Beijing berharap AS akan “mengambil tindakan nyata” untuk “bekerja dengan China dalam mengelola perbedaan secara efektif, mempromosikan pertukaran dan kerja sama, (dan) menstabilkan hubungan dari kerusakan yang lebih lanjut.” Pejabat senior AS mengatakan topik yang menjadi agenda utama selama pertemuan Blinken adalah termasuk keamanan regional, kontra-narkotika, perubahan iklim, stabilitas ekonomi makro global, warga AS yang ditahan secara ilegal di China, dan pertukaran antara warga AS dan China.
Para pejabat mengatakan mereka tidak akan mengantisipasi “daftar panjang hasil” setelah pertemuan Blinken di Beijing.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Brussels, Jumat (16/6), menyatakan optimismenya bahwa dia dapat melakukan dialog dengan rekan sejawatnya dari China setelah Beijing sebelumnya menolak mengadakan pertemuan di forum keamanan di Singapura pada awal bulan ini.
“Saya yakin, dari waktu ke waktu, (dialog) itu akan terjadi.
Kami akan bertemu pada suatu saat.
Namun, kami belum sampai ke sana,” kata Austin dalam konferensi pers di markas NATO di Brussels.
Pada Rabu (14/6), Daniel Kritenbrink, asisten menteri luar negeri untuk urusan Asia Timur dan Pasifik, mengatakan kepada wartawan bahwa isu penghentian fentanyl ilegal “akan menonjol” dalam pertemuan Blinken di Beijing.
Kritenbrink turut serta dalam perjalanan kenegaraan Blinken tersebut.
Para pejabat juga mengatakan isu eskalasi militer China di Selat Taiwan adalah “kekhawatiran global.” Kurt Campbell, Koordinator urusan Indo-Pasifik di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan isu pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan adalah “tekad kuat bipartisan yang jelas” dari AS.
Pejabat AS mengatakan bahwa kedua negara berkepentingan untuk menjaga jalur komunikasi terbuka.
Pentagon juga ingin Beijing menjawab hotline militer sehingga para jenderal dapat berbicara selama insiden seperti pertemuan jarak dekat baru-baru ini yang melibatkan kapal AS dan China di Selat Taiwan.
Para pengamat mengatakan meskipun hubungan kedua negara diwarnai ketegangan, tetapi kedua pemerintah tetap berusaha untuk menggelar pertemuan puncak pada akhir tahun ini.
“Kedua negara sedang mengupayakan kemungkinan pertemuan antara (Presiden AS Joe) Biden dan Xi Jinping pada pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik, yang akan berlangsung di San Francisco pada November,” kata Bonnie Glaser, Direktur Pelaksana Indo-Pasifik Program di German Marshall Fund AS.
“Dan untuk suksesnya KTT itu, jika itu memang menjadi agenda, perlu banyak persiapan,” tambah Glaser.
Sementara Washington berusaha untuk melibatkan kembali Beijing dalam masalah kontra-narkotika dan perubahan iklim, para ahli dan kritikus kongres skeptis bahwa kedua negara dapat memiliki perubahan substansial dalam status hubungan mereka.
“Saya kira kita tidak perlu melihat ke arah pengaturan ulang hubungan AS-China,” kata Glaser kepada VOA.
Setelah Beijing, Blinken akan melanjutkan lawatannya ke London untuk menghadiri Konferensi Pemulihan Ukraina untuk “memobilisasi dukungan internasional dari sektor publik dan swasta” dan “membantu Ukraina pulih dari serangan brutal dan berkelanjutan Rusia.” ** Sebagian informasi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press dan