Menlu AS: Masih Butuh Kerja Keras untuk Capai Perdamaian Armenia-Azerbaijan

0
51

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan masih butuh kerja keras demi mencapai perjanjian akhir untuk mengakhiri konflik Nagorno-Karabakh, seiring berakhirnya perundingan antara menteri luar negeri (menlu) Armenia dan Azerbaijan yang diselenggarakan oleh Washington pada Kamis (29/6).

Blinken, yang berfoto dengan Menlu Armenia Ararat Mirzoyan dan Menlu Azerbaijan Jehyun Bayramov pada akhir perundingan selama tiga hari itu, mengatakan kepada wartawan bahwa beberapa masalah tersulit dalam konflik itu belum teratasi.

Namun, Blinken tidak menjelaskan masalah apa saja yang ia maksud.

Sejak pertempuran sengit berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada 2020, kedua belah pihak telah membahas perjanjian damai yang akan mencakup isu perbatasan, penyelesaian sengketa soal daerah kantong Nagorno-Karabakh, dan mencairkan hubungan.

Blinken mengatakan ada kemajuan dalam perundingan itu.

Sejumlah kemajuan itu termasuk “kesepakatan pada beberapa pasal tambahan, serta memperdalam pemahaman tentang sikap pada isu-isu luar biasa lainnya, demikian juga pengakuan bahwa masih ada kerja keras yang harus dilakukan untuk mencoba mencapai kesepakatan akhir,” kata Blinken.

Blinken mengatakan, perundingan itu dilakukan dengan “keterusterangan, keterbukaan, dan tanpa basa-basi,” dan ia mengharapkan kemajuan lebih lanjut dalam pertemuan antara para pemimpin kedua negara dan Uni Eropa yang diharapkan berlangsung dalam beberapa minggu ke depan.

Baik Menlu Armenia maupun Menlu Azerbaijan tidak memberi pernyataan kepada media.

Nagorno-Karabakh, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari wilayah Azerbaijan, menjadi sumber konflik di antara kedua negara Kaukasus bertetangga itu, sejak tahun-tahun menjelang kejatuhan Uni Soviet pada 1991, dan antara warga etnis Armenia dan warga etnis Turki Azeri selama lebih dari satu abad.

Pekan lalu, Bayramov mengatakan bahwa Azerbaijan tidak akan menerima permintaan Armenia untuk memberikan jaminan keamanan khusus bagi sekitar 120.000 warga etnis Armenia yang tinggal di daerah kantong itu, sehingga memupuskan harapan akan adanya terobos