Menlu AS Blinken Peringatkan Menlu China Wang Yi agar Tak Bantu Rusia di Ukraina

0
62

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada Sabtu (18/2) memperingatkan Menteri Luar Negeri China Wang Yi tentang konsekuensi yang diterima jika China memberikan dukungan material untuk invasi Rusia ke Ukraina.

Blinken mengatakan dalam sebuah wawancara setelah keduanya bertemu dan membahas kekhawatiran Washington bahwa Beijing sedang mempertimbangkan memasok senjata ke Moskow.

Diplomat tertinggi dari dua negara adidaya tersebut bertemu di lokasi yang dirahasiakan di sela-sela konferensi keamanan global di Munich, hanya beberapa jam setelah Wang menyebut Washington bersikap”histeris” dalam menanggapi perselisihan mengenai jatuhnya balon mata-mata China yang dicurigai oleh AS.

Hubungan antara kedua negara telah memanas sejak Washington mengatakan China menerbangkan balon mata-mata di atas wilayah udaranya sebelum jet tempur AS menembak jatuh balon itu atas perintah Presiden Joe Biden.

Sengketa itu juga terjadi pada saat Barat mengamati dengan cermat tanggapan Beijing terhadap perang Ukraina.

Dalam sebuah wawancara yang akan ditayangkan pada Minggu (19/2) pagi di NBC News “Meet the Press with Chuck Todd,” Blinken mengatakan AS sangat prihatin bahwa China sedang mempertimbangkan untuk memberikan dukungan ke Rusia.

Dia menekankan kepada Wang bahwa hal tersebut “akan memiliki konsekuensi serius dalam hubungan kita.” “Ada berbagai jenis bantuan membinasakan yang setidaknya mereka pertimbangkan untuk diberikan, termasuk senjata,” kata Blinken, menambahkan bahwa Washington akan segera merilis rincian lebih lanjut.

Berbicara kepada wartawan, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan China mencoba untuk “mendapatkan keduanya.” Beijing mengklaim ingin berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas dunia, tetapi pada saat yang sama mengambil langkah “serius” untuk mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

“(Menlu) cukup blak-blakan dalam memperingatkan tentang implikasi dan konsekuensi dari China memberikan dukungan material kepada Rusia atau membantu Rusia dengan penghindaran sanksi sistematis,” kata pejabat senior itu, berbicara dengan syarat anonimitas.

Rusia dan China menandatangani kemitraan “tanpa batas” pada Februari 2022, tak lama sebelum pasukan Rusia menginvasi Ukraina, dan hubungan ekonomi mereka berkembang pesat karena koneksi Moskow dengan Barat telah menyusut.

Barat telah mewaspadai tanggapan China terhadap perang Ukraina, dengan memberikan beberapa peringatan bahwa kemenangan Rusia akan mewarnai tindakan China terhadap Taiwan.

Beijing telah menahan diri untuk tidak mengutuk perang tersebut atau menyebutnya sebagai “invasi.” Sebelumnya, berbicara di sebuah panel di konferensi tersebut, Wang mengulangi seruan untuk berdialog dan menyarankan negara-negara Eropa untuk “berpikir dengan tenang” tentang bagaimana mengakhiri perang.

Dia juga mengatakan ada “beberapa kekuatan yang tampaknya tidak ingin negosiasi berhasil, atau agar perang segera berakhir,” tanpa menyebutkan siapa yang dia maksud.

Pertemuan Blinken dan Wang terjadi beberapa jam setelah diplomat top China mengecam AS, menudingnya telah melanggar norma internasional dengan perilaku “histeris” dengan menembak jatuh balon.

“Mengirim jet tempur canggih untuk menembak jatuh balon dengan rudal, perilaku seperti itu tidak dapat dipercaya, hampir histeris,” kata Wang.

“Ada begitu banyak balon di seluruh dunia, dan berbagai negara memilikinya.

Jadi, apakah Amerika Serikat akan menembak jatuh semuanya?” katanya.

Dalam wawancara dengan NBC, Blinken mengatakan Wang tidak meminta maaf atas penerbangan balon tersebut.

“Saya mengatakan kepadanya secara sederhana bahwa itu tidak dapat diterima dan tidak akan pernah terjadi lagi,” kata Blinken, merujuk pada pelanggaran wilayah udara AS oleh balon tersebut.

“Tidak ada permintaan maaf,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia belum berdiskusi dengan Wang untuk menjadwal ulang perjalanannya ke China