Setelah berupaya untuk memperbaiki hubungan AS-Prancis, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menutup kunjungan ke Paris pada hari Rabu (6/10) dengan hari terakhir pembicaraan tingkat menteri di Organisasi bagi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Blinken menyoroti beberapa tantangan sewaktu berbicara pada pembukaan pertemuan itu hari Selasa (5/10), yang mencakup pandemi virus corona, krisis iklim, ketidakadilan dan penetapan peraturan bagi dunia yang maju secara teknologi “Prinsip-prinsip di jantung organisasi ini dan demokrasi kita ditentang oleh pemerintah otoriter yang berpendapat cara mereka lebih baik dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat.
Sebagian dari pemerintah yang sama itu secara aktif berusaha untuk merongrong tatanan berbasis peraturan yang merupakan hal fundamental bagi keamanan dan kemakmuran negara-negara kita selama beberapa generasi,” kata Blinken tanpa menyebut nama negara secara spesifik.
Blinken mengatakan negara-negara anggota harus “membuktikan bahwa pendekatan kita dapat memperbaiki kehidupan rakyat … di semua negara dan dalam cara yang lebih adil daripada di masa lalu” sambil meminta “pertanggungjawaban diri kita sendiri.” Selain kegiatan akhir pada pertemuan OECD hari Rabu (6/10), Blinken mengadakan pembicaraan terpisah dengan Menteri Luar Negeri Italia Luigi di Maio, Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares serta Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri Kolombia Marta Lucia Ramirez.
Ketegangan mengenai AUKUS Bagian pertama lawatannya ke Paris difokuskan untuk memperbaiki hubungan yang tegang dengan negara sekutu, Prancis, menyusul perselisihan mengenai kemitraan keamanan antara AS, Inggris dan Australia.
Ini mencakup pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, di mana seorang pejabat AS mengatakan Blinken dan Macron membahas proyek-proyek bersama yang mungkin diumumkan kedua pihak dalam pertemuan akhir bulan ini antara Macron dan Presiden AS Joe Biden.
“Kami bisa dan seharusnya berkomunikasi lebih baik,” kata Blinken kepada televisi France 2 dalam wawancara setelah pertemuan dengan Macron.
“Kami kadang-kadang cenderung menganggap remeh hubungan yang begitu penting dan dalam seperti hubungan antara Prancis dan AS.” Pemerintahan Biden pada 15 September lalu mengumumkan sebuah pakta keamanan baru dengan Australia dan Inggris.
Berdasarkan kesepakatan, Australia akan mendapatkan sedikitnya delapan kapal selam bertenaga nuklir yang dibangun di dalam negerinya dengan menggunakan teknologi Amerika.
Kesepakatan ini muncul setelah Australia mundur dari kesepakatan sebelumnya dengan Prancis mengenai kapal selam bertenaga diesel-listrik, yang membuat marah Paris.
Prancis memanggil pulang duta besar untuk AS dan Australia dalam dua hari setelah pengumuman itu.
Menteri Luar Negeri Prancis Yves Le Drian menyatakan ada “krisis kepercayaan” di AS.
Blinken menuju Meksiko Perjalanan sepekan Blinken juga mencakup persinggahan di Stanford University dan pertemuan di Mexico City pada hari Kamis dan Jumat untuk Dialog Keamanan Tingkat Tinggi AS-Meksiko.
Ia akan bergabung dengan Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas dan Jaksa Agung AS Merrick Garland untuk membahas isu-isu keamanan, kata Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard pekan ini.
Pertemuan tingkat tinggi ini berlangsung di tengah-tengah krisis migrasi belakangan ini sewaktu puluhan ribu migran Haiti berkumpul di perbatasan AS-Meksiko bulan lalu.
Pemerintahan Biden mengukuhkan pada 24 September bahwa sebuah kamp darurat tempat 15 ribu migran Haiti kini telah kosong.
Pada akhir September, Meksiko juga mulai memulangkan migran Haiti kembali ke tanah air mereka.