Menhan Turki: Rusia tak terkait serangan di pelabuhan Ukraina

0
65

Para pejabat Rusia mengatakan kepada Ankara bahwa Rusia “tidak terkait” dengan sejumlah serangan di pelabuhan utama Laut Hitam di Ukraina, yakni pelabuhan Odessa, kata Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar pada Sabtu (23/7).

“Dalam kontak kami dengan Rusia, pihak Rusia memberi tahu kami bahwa mereka sama sekali tidak memiliki kaitan dengan serangan ini dan mereka menganalisa masalah ini dengan sangat cermat dan detail,” kata Akar kepada kantor berita pemerintah Turki — Anadolu.

“Fakta bahwa insiden seperti itu terjadi tepat setelah kesepakatan yang kami buat kemarin terkait pengiriman biji-bijian membuat kami khawatir,” ujarnya.

Menhan Turki itu mengatakan dia juga berbicara melalui telepon dengan beberapa menteri Ukraina dan mendapat informasi tentang insiden di pelabuhan Odessa tersebut.

Militer Ukraina mengatakan bahwa rudal Rusia menghantam infrastruktur di Odessa pada Sabtu (23/7).

Sebuah rudal menghantam salah satu silo di Odessa dan rudal lainnya jatuh di area dekat silo tersebut.

Namun, menurut Akar, serangan itu tidak mengganggu fungsi pelabuhan untuk memuat kargo sehingga ekspor biji-bijian dapat terus berjalan.

Turki telah mengirim pesan kepada Rusia dan Ukraina, yang isinya mengatakan Turki ingin melihat kedua pihak melanjutkan kerja sama mereka “dengan tenang dan sabar” di bawah kesepakatan yang telah ditandatangani pada Jumat (22/7), kata Menhan Turki itu.

Turki akan terus memenuhi tanggung jawabnya dalam perjanjian itu, ucap Akar.

Kesepakatan Inisiatif Ekspor Gandum Laut Hitam, yang ditandatangani masing-masing oleh Rusia dan Ukraina di Istanbul pada Jumat (22/7) dengan mediasi Turki dan di bawah naungan PBB, akan memungkinkan ekspor makanan dan pupuk komersial dalam jumlah yang signifikan dari tiga pelabuhan utama di Laut Hitam, yaitu Odessa, Chernomorsk, dan Yuzhny.

Sebuah pusat koordinasi bersama juga telah mulai beroperasi sesuai dengan kesepakatan untuk memantau implementasi dari kesepakatan tersebut, kata Akar.

Menurut salinan perjanjian yang dirilis oleh wakil kepala kantor kepresidenan Ukraina Andrii Sybiha, kesepakatan itu akan berlaku selama 120 hari dan dapat diperpanjang selama 120 hari lagi jika tidak ada pihak yang ingin menghentikannya.

Ukraina merupakan salah satu pengekspor biji-bijian terkemuka di dunia, yang memasok lebih dari 45 juta ton per tahun ke pasar global, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).