Menhan AS: Al-Qaida Mungkin Berusaha Kembali ke Afghanistan

0
44

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan, Kamis (9/9), bahwa kelompok ekstremis al-Qaida yang menggunakan Afghanistan sebagai pangkalan untuk menyerang Amerika Serikat 20 tahun lalu, mungkin mencoba beregenerasi di sana menyusul keluarnya pasukan Amerika yang telah membuat Taliban berkuasa.

Austin berbicara kepada sekelompok kecil wartawan di Kuwait City pada akhir lawatan empat hari ke negara-negara Teluk Persia.

Dia mengatakan Amerika Serikat siap mencegah kembalinya al-Qaida di Afghanistan yang akan mengancam Amerika Serikat.

“Seluruh dunia sedang mengamati apa yang terjadi dan apakah al-Qaida memiliki kemampuan untuk beregenerasi di Afghanistan, katanya.

“Al-Qaida dan ISIS akan selalu berusaha menemukan ruang untuk tumbuh dan beregenerasi, apakah itu di sana, di Somalia, atau wilayah lain yang tidak berpemerintahan.” Taliban pernah melindungi al-Qaida saat memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001.

Amerika Serikat menginvasi dan menggulingkan Taliban karena menolak menyerahkan para pemimpin al-Qaida setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Selama perang 20 tahun AS, aktivitas al-Qaida sangat berkurang, tetapi pertanyaan kini kembali muncul tentang prospek masa depannya dengan Taliban di Kabul.

“Kami sudah memberi tahu Taliban bahwa kami berharap mereka tidak membiarkan itu terjadi,” kata Austin, mengacu pada kemungkinan al-Qaida menggunakan Afghanistan sebagai basis operasinya di masa depan.

Dalam perjanjian dengan pemerintahan Trump Februari 2020, pemimpin Taliban berjanji tidak mendukung al-Qaida atau kelompok ekstremis lain yang mengancam Amerika Serikat.

Namun para pejabat AS meyakini bahwa Taliban mempertahankan hubungannya dengan al-Qaida, dan banyak negara, termasuk negara-negara Teluk Arab.

Mereka khawatir bahwa kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan dapat membuka pintu bagi kebangkitan pengaruh al-Qaida.

Austin menegaskan bahwa militer AS mampu menanggulangi al-Qaida atau ancaman ekstremis lainnya ke Amerika Serikat yang berasal dari Afghanistan dengan menggunakan pesawat pengintai dan serangan yang berbasis di tempat lain, termasuk di Teluk Persia.

Namun ia juga mengakui bahwa usaha itu akan lebih sulit tanpa pasukan AS dan tim intelijen yang berbasis di Afghanistan.