Kekhawatiran Korea Selatan mengenai payung nuklir Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan menjadi fokus utama lawatan mendatang Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke Seoul.
Austin, yang dijadwalkan tiba di ibu kota Korea Selatan itu pada Senin (30/1), diperkirakan akan bertemu Presiden Yoon Suk Yeol, menurut media Korea Selatan.
Pada awal bulan ini, Yoon menjadi berita utama sewaktu ia mengatakan Korea Selatan dapat meminta pengerahan kembali senjata nuklir AS, atau bahkan mengembangkan senjata nuklirnya sendiri, jika situasi keamanan dengan Korea Utara memburuk.
Yoon belakangan menarik pernyataannya.
Namun, situasi itu menekankan kekhawatiran Korea Selatan yang semakin besar mengenai arsenal nuklir Korea Utara yang meningkat pesat, serta pertanyaan mengenai komitmen pertahanan jangka panjang sekutunya, AS.
Deputi sekretaris pers Pentagon Sabrina Singh mengatakan dalam pengarahan hari Kamis bahwa lawatan Austin akan menyoroti “komitmen kita terhadap kawasan,” dengan mengatakan komitmen AS terhadap Korea Selatan “tetap kokoh.” Lawatan Austin akan dicermati untuk mengetahui apakah ia menanggapi pernyataan Yoon mengenai senjata nuklir.
“Ia mungkin membuat beberapa sikap retoris yang menunjukkan ia lembut di depan publik, dan tentu saja jauh lebih keras di balik layar, bahwa kepemilikan penangkal nuklir Korea Selatan tidaklah diinginkan,” kata Mason Richey, profesor di Kajian Internasional Universitas Hankuk, Korea Selatan.
“Namun, saya pikir ia akan melakukannya dengan cara yang tidak dimaksudkan untuk membuat jengkel Korea Selatan secara terbuka atau untuk mempertanyakan kedaulatan atau otonomi Korea Selatan,” kata Richey.
Sebaliknya, Austin mungkin menyoroti upaya-upaya AS-Korea Selatan untuk memperluas kerja sama pertahanan, lanjutnya.
Dalam beberapa bulan belakangan, Washington dan Seoul telah meningkatkan latihan militer bersama dan sepakat mengenai pengerahan aset strategis AS yang lebih sering, seperti bomber berkemampuan nuklir dan kapal-kapal induk, ke wilayah di sekitar Semenanjung Korea.
Namun Yoon, seorang konservatif yang menganut pendekatan lebih agresif terhadap Korea Utara, berpendapat harus lebih banyak lagi yang dilakukan untuk mengimbangi kemajuan nuklir Korea Utara.