Mengungkap hal signifikan laporan Pentagon AS terhadap militer China

0
71

Pentagon pekan ini merilis laporan tahunannya mengenai militer China, yang membahas berbagai isu terkait dengan beberapa perkembangan terpenting dalam keamanan nasional China selama setahun terakhir.

Berikut beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:Senjata Nuklir China memiliki lebih dari 500 hulu ledak nuklir yang beroperasi di gudang senjatanya dan mungkin akan memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak pada 2030, kata laporan itu.

Dalam laporan sebelumnya, Pentagon memperkirakan Beijing memiliki lebih dari 400 hulu ledak nuklir yang beroperasi pada 2021.Rudal Laporan itu mengatakan China kemungkinan sedang menyelesaikan pembangunan tiga fasilitas peluncuran rudal barunya pada 2022, yang memiliki setidaknya 300 fasilitas peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) baru.

Laporan itu juga mengemukakan China kemungkinan sedang menjajaki pengembangan sistem rudal jarak jauh antarbenua yang dipersenjatai secara konvensional, yang jika dikembangkan dapat memungkinkan Beijing mengancam Amerika Serikat.Basis Luar Negeri China telah memperluas jejak militer globalnya, meski masih jauh lebih kecil dibandingkan jaringan pangkalan Amerika Serikat.

Laporan tersebut mengatakan China mungkin juga mempertimbangkan untuk memiliki fasilitas logistik militer di negara-negara seperti Myanmar, Thailand, Indonesia, Uni Emirat Arab, Kenya, Nigeria, Namibia, Mozambik, Bangladesh, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Tajikistan.Kapal Laut China sudah memiliki angkatan laut terbesar di dunia — dan negara ini terus berkembang, kata laporan itu.

Angkatan Laut China memiliki lebih dari 370 kapal dan kapal selam, naik dari 340 kapal yang mereka miliki pada laporan tahun lalu.

Laporan tersebut menambahkan, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 395 kapal pada 2025 dan 435 kapal pada 2030.Bantuan AS Meskipun laporan tersebut mengatakan bahwa China secara umum mengabaikan atau menolak upaya Amerika Serikat untuk melakukan perundingan antarmiliter, laporan tersebut menggambarkan suatu peristiwa ketika Beijing membutuhkan bantuan AS.

Pada April 2023, militer China meminta bantuan AS dalam mengevakuasi diplomat China dari Khartoum, Sudan.