Melemah, Dolar Tertahan di Bawah Level Atas 16 Bulan

0
93

Dolar terlihat melemah pada sesi perdagangan Senin pagi di Asia, namun masih bertahan di bawah level tertinggi hampir 16 bulan. Para pelaku pasar saat ini terus nantikan petunjuk selanjutnya status pemulihan ekonomi AS dari COVID-19 setelah keyakinan kuat pasar atas kenaikan suku bunga Federal Reserve AS selama minggu kemarin imbas inflasi yang terus meroket.

Data ekonomi AS selama pekan lalu menunjukkan indeks harga konsumen tumbuh pada laju tahunan tercepat sejak 1990, menopang dolar terus menguat. Para pelaku pasar saat ini masih meragukan desakan The Fed bahwa tekanan inflasi akan bersifat sementara, memperkirakan kenaikan suku bunga pertama pada Juli 2022 dan kemungkinan besar lainnya pada November 2022 pada akhir pekan lalu.

Indeks Dolar AS diperdagangkan turun tipis 0,13% ke level 95,007. Untuk pekan ini, para pelaku pasar saat ini fokuskan perhatiannya pada data penjualan ritel AS, yang akan dirilis pada hari Selasa.

Indeks dolar juga telah didorong oleh penurunan euro setelah Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan tidak akan mengubah nada dovishnya saat ini.

Euro hanya bergerak tipis pada level $1,14455, namun masih tertahan di dekat level terendahnya di 16-bulan yang dicapai pada hari Jumat di $1,1433. Presiden ECB Christine Lagarde juga akan berbicara di hadapan Komite Urusan Ekonomi dan Moneter Parlemen Eropa di hari ini.

Sementara itu, sterling menguat tipis Terhadap dolar AS, naik 0,11% ke level 1,3428. Yen sedikit melemah terhadap dolar AS, USDJPY naik tipis 0,01% ke level 113,86, setelah pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga Jepang kontraksi dengan PDB tahunan jepang tumbuh 3% tahun dan PDB kuartal ketiga tumbuh 0,8%.

Aussie menguat tipis terhadap dolar AS, hanya naik 0,16% ke level 0,7344, dengan Reserve Bank of Australia merilis risalah pertemuan mereka di November pada hari Selasa. Begitu juga dengan kiwi yang menguat tipis terhadap greenback, dengan NZDUSD naik 0,03% ke level 0,7049.