Media AS: Rusia Minta Bantuan Militer China dalam Perang di Ukraina

0
66

Rusia telah meminta bantuan militer dan ekonomi dari China untuk perangnya di Ukraina.

Demikian dilaporkan media AS pada Minggu (13/3), beberapa jam setelah Gedung Putih memperingatkan bahwa Beijing akan menghadapi “konsekuensi” berat jika membantu Moskow menghindari sanksi-sanksi.

Para pejabat AS memberitahu media bahwa Rusia telah meminta peralatan militer dan dukungan dari sekutu utamanya.

Moskow juga meminta bantuan ekonomi dari Beijing untuk menghadapi sanksi-sanksi melumpuhkan yang diberlakukan terhadap negara itu oleh sebagian besar dunia Barat, kata New York Times, kembali mengutip para pejabat anonim.

Para pejabat itu menolak menjelaskan secara persis apa yang diminta Rusia, atau apakah China telah menanggapi, menurut laporan itu.

Seorang juru bicara Kedutaan Besar China di Washington memberitahu beberapa media bahwa ia belum pernah mendengar hal tersebut sewaktu ditanya mengenai dugaan permintaan itu.

Laporan itu muncul hanya beberapa jam setelah Gedung Putih mengumumkan satu delegasi tingkat tinggi AS akan bertemu dengan seorang pejabat tinggi China di Roma hari Senin.

Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan dan Yang Jiechi, diplomat tertinggi Partai Komunis China, “akan membahas upaya-upaya yang sedang berlangsung untuk mengatasi persaingan antara kedua negara kita dan membahas dampak perang Rusia di Ukraina terhadap keamanan regional dan global,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Emily Horne hari Minggu dalam sebuah pernyataan.

Beijing telah menolak untuk mengecam langsung Moskow terkait invasi itu, dan telah berulang kali mengecam “ekspansi ke timur” NATO yang memperburuk ketegangan antara Rusia dan Ukraina, menggaungkan keluhan keamanan utama Kremlin.

Dalam serangkaian acara bincang-bincang hari Minggu, Sullivan menyatakan bahwa Gedung Putih “mengawasi dengan cermat” untuk mengetahui apakah China memberikan dukungan material atau ekonomi bagi Rusia untuk membantu negara itu menghindari dampak sanksi-sanksi.

“Ini menjadi perhatian kami, dan kami telah berkomunikasi dengan Beijing bahwa kami tidak akan tinggal diam dan membiarkan satu negara pun memberi kompensasi kepada Rusia atas kerugiannya akibat sanksi-sanksi ekonomi,” katanya dalam acara State of the Union di CNN.

Sullivan mengatakan bahwa meskipun ia tidak ingin “mengeluarkan ancaman” terhadap pesaing ekonomi utama AS, China, “kami berkomunikasi langsung, secara pribadi, dengan Beijing, bahwa akan ada konsekuensi pasti bagi upaya-upaya menghindari sanksi berskala besar.” Beijing pekan lalu menyatakan bahwa persahabatannya dengan Rusia tetap “kokoh” meskipun ada kecaman internasional terhadap Moskow, dan menyatakan terbuka untuk membantu mediasi guna mengakhiri perang.