Perselisihan tersebut mencerminkan perbedaan yang berkembang antara Arab Saudi dan UEA. Kedua negara telah membangun aliansi regional, menggabungkan kekuatan finansial dan militer untuk memerangi konflik di Yaman dan memproyeksikan kekuatan di tempat lain. Tetapi UEA telah menarik diri dari tindakan di Yaman, sementara Arab Saudi telah berusaha untuk menantang dominasi UEA sebagai pusat bisnis dan pariwisata di kawasan itu.
UEA pada Agustus 2020 juga sepakat untuk menormalkan hubungan dengan Israel, sementara Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel.
Tahun lalu, UEA menentang rencana mayoritas OPEC, juga, memicu spekulasi bahwa mereka akan meninggalkan kartel.
Pembicaraan yang direncanakan hari ini semakin dibebani oleh langkah Saudi untuk menantang UEA di bidang lain—perdagangan bebas di dalam Dewan Kerjasama Teluk (GCC).
Dalam sebuah langkah yang dirancang untuk memperdebatkan UEA, Saudi kini telah mengubah aturan tentang tarif impor dari negara-negara GCC untuk mengecualikan barang-barang yang dibuat di zona perdagangan bebas, di satu sisi, dan untuk mengecualikan masukan Israel dari konsesi tarif preferensial, lapor Reuters.
Amandemen tersebut akan mengecualikan barang-barang yang memiliki asal Israel—dengan mengingat bahwa UEA baru-baru ini menormalkan hubungan dengan Israel dalam sebuah langkah bersejarah—dan barang apa pun yang mengandung kurang dari 25% kandungan tenaga kerja lokal.
Harga minyak bertahan kuat sehubungan dengan penundaan pertemuan OPEC+ hari ini, dan sentimen tetap bullish dengan hati-hati, terutama karena kegagalan untuk mencapai kesepakatan berarti tidak ada peningkatan produksi minyak untuk saat ini.