Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu (6/2) mengecilkan kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina.
Ia mengatakan dalam wawancara dengan salah satu surat kabar bahwa penumpukan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina kemungkinan merupakan bagian dari strategi besar Kremlin untuk memperoleh konsesi dari Barat, ketimbang melakukan ofensif skala besar.
“Tujuan geopolitik Rusia hari ini jelas bukan Ukraina, tapi untuk mengklarifikasi peraturan kohabitasi dengan NATO dan Uni Eropa,” katanya kepada harian Prancis Le Journal de Dimanche, hanya beberapa jam sebelum menaiki pesawat ke Moskow.
Di kota itu, ia akan melakukan pembicaraan tatap muka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (7/2).
Macron mengklaim perundingannya dengan Rusia kemungkinan akan mencegah terjadinya konflik militer.
“Intensitas dialog yang pernah kami lakukan dengan Rusia dan kunjungan ke Moskow kali ini kemungkinan akan mencegah terjadinya (operasi militer).
Kemudian kami akan merundingkan syarat-syarat deeskalasi,” katanya.
“Saya selalu menjalankan dialog yang dalam dengan Presiden Putin dan tanggung jawab kami adalah membangun solusi bersejarah.” Pandangannya itu sangat berbeda dengan bagaimana pemerintahan Biden menilai penumpukan militer Moskow dan risiko ofensif oleh Rusia.
Invasi Rusia ke Ukraina “bisa terjadi kapan saja,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Minggu (6/2).
Jika terjadi, itu akan menjadi operasi militer terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.