Lima Anggota Abu Sayyaf Tewas Ditembak Pasukan Militer Filipina

0
404

JAVAFX – Pasukan militer Filipina dilaporkan telah menembak mati lima anggota kelompok bersenjata Abu Sayyaf di kawasan Barangay Lakit-Lakit, Tawi-Tawi dan Pulau Sulare pada akhir pekan lalu. Kelima orang tersebut diduga kuat terlibat dalam penculikan lima nelayan Indonesia yang sedang melaut di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, Malaysia dekat Pulau Tawi-Tawi, pada Kamis (16/1) pekan lalu.

Seperti yang dilansir dari laman GMA News, Senin (20/1), baku tembak yang terjadi antara pasukan Marinir Filipina itu sudah dua kali pada akhir pekan lalu. Menurut catatan, pada Sabtu (18/1) prajurit Filipina menembak mati empat anggota kelompok Abu Sayyaf di Barangay Lakit-Lakit. Selang sehari kemudian, marinir Filipina kembali terlibat kontak senjata dan berhasil menewaskan seorang anggota Abu Sayyaf di Pulau Sulare, Parang, Sulu.

Seorang marinir Filipina dilaporkan terluka dalam baku tembak tersebut dan saat ini dalam masa pemulihan dan seorang lagi, Sersan Romnick Estacio, gugur saat operasi pembebasan Maharudin dan Samiun.. Menurut laporan The Star Online, militer Filipina langsung menutup jalanan di Jolo ketika mendengar informasi kelompok Abu Sayyaf kembali menculik nelayan Indonesia.

Pasukan militer Filipina menggelar serangan udara menggunakan helikopter MG dan melakukan serangan yang menewaskan seorang milisi Abu Sayyaf. Aparat juga berhasil menyita sebuah ponsel dan menghancurkan satu unit kapal cepat yang diduga digunakan untuk menculik.

Kelompok Abu Sayyaf mulanya dilaporkan menculik delapan nelayan Indonesia. Namun, tiga orang di antaranya dilepas. Mereka adalah Nakhoda Arsyad Dahlan (41), La Baa (32), Riswanto Hayano (27), Edi Lawalopo (53) dan Syarizal Kastamiran (29). Mereka bekerja di kapal pukat milik perusahaan yang bermarkas di Sandakan, Malaysia.

Menurut Komandan Komando Wilayah Barat Mindanao, Letjen. Cirilito Sobejana, “Mereka saat ini sedang memburu para pelaku, ada kemungkinan mereka (Abu Sayyaf) belum mencapai Pulau Sulu dan masih berada di Pulau Sulare karena aparat Malaysia segera memberitahu kami tentang kejadian tersebut.

Sobejana mengatakan sampai dengan saat ini mereka masih mencari keberadaan lima nelayan Indonesia yang disandera Abu Sayyaf tersebut. Anak buahnya semakin mendekati posisi para sandera.

Penyanderaan ini berlangsung hanya tiga hari setelah pemerintah RI berhasil membebaskan seorang WNI bernama Muhammad Farhan yang telah disandera Abu Sayyaf sejak September 2019 lalu. Farhan merupakan WNI terakhir yang menjadi sandera Abu Sayyaf dan berhasil dibebaskan dengan selamat. Dua sandera lainnya yakni Maharudin dan Samiun telah lebih dulu dibebaskan pada 22 Desember lalu.