Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Minggu menyatakan bahwa meskipun ada beberapa yang meragukan, saat ini terdapat 30 lebih penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin dan vaksin mencegah lebih dari 4 juta kematian setiap tahunnya.
Tedros pada pembukaan Majelis Kesehatan Dunia (WHA) di Jenewa yang berlangsung selama 21-30 Mei, mengenang bahwa sebagai pemuda di Afrika, penyakit telah merenggut nyawa salah satu dari saudara laki-lakinya.
“Vaksin membuat penyakit cacar terlupakan,” kata Tedros.
“Namun jutaan anak-anak di seluruh Afrika dan di seluruh dunia – anak-anak seperti saudara saya – terus direnggut oleh penyakit di mana anak-anak di negara lain disuntik vaksin.” “Itulah sebabnya, pada 1974, WHO meluncurkan Program Imunisasi yang Diperluas (EPI), untuk memastikan semua anak, di semua negara, merasakan manfaat dari kekuatan vaksin yang menyelamatkan nyawa, yang mulanya untuk enam penyakit utama yakni difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, polio, campak dan TBC,” katanya.
Pada saat itu baru sekitar 10 persen anak-anak di dunia mendapatkan tiga dosis vaksin DPT.
Berkat EPI, jumlahnya naik menjadi 86 persen pada 2019, namun Tedros mencatatkan bahwa persentasenya menurun karena gangguan pandemi COVID-19.
“Saat ini lebih dari 30 penyakit dapat dicegah dengan vaksin dan EPI merekomendasikan 13 penyakit krusial untuk setiap negara.
Melalui dukungan WHO ke negara-negara untuk memastikan akses vaksin bagi semua anak, kami membantu mencegah lebih dari 4 juta kematian per tahun,” katanya.
“Vaksin termasuk inovasi paling kuat dalam sejarah manusia.” Vaksin kini meningkatkan harapan untuk terhindar dari kanker serviks seraya membantu memadamkan wabah Ebola dengan cepat.
“Untuk pertama kalinya, malaria menjadi penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin,” kata Tedros menambahkan.