Lawatan Jill Biden Tarik Perhatian pada Krisis Kelaparan di Afrika

0
77

Ibu Negara Amerika Jill Biden pekan lalu melawat ke sebuah komunitas kecil di Kenya untuk menarik perhatian pada kekeringan parah yang telah mencengkeram Afrika Timur dan menimbulkan krisis kelangkaan pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kenya.

Amerika telah memberikan bagian terbesar dari bantuan kemanusiaan ke Afrika Timur setelah tidak turunnya hujan selama tiga tahun berturut-turut yang menyebabkan krisis kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Somalia hingga ke desa Maasai di Kenya, tiga jam dari ibu kota Nairobi.

Kepala PBB Untuk Kenya mengatakan kepada VOA, enam juta orang kini berada di ambang kelaparan ekstrem tahun ini dan hal ini diperparah dengan krisis pasokan makanan akibat konflik di Ukraina.

Tetapi Amerika tidak dapat berjalan sendiri, ujar Jill Biden, setelah berkunjung ke desa Maasai yang mengalami kekeringan terparah dalam tujuh generasi.

Perjalanan itu dilakukan pada akhir kunjungan lima ke Kenya dan Namibia.

“Amerika menyediakan 70% anggaran, uang yang masuk ke wilayah ini.

Tetapi kita tidak bisa menjadi satu-satunya negara.

Kita perlu mengajak negara lain bergabung dalam upaya global untuk membantu orang-orang di kawasan ini,” ujar Jill setelah kunjungannya selama 90 menit.

Untuk mencapai hal itu, Jill melakukan perjalanan selama tiga jam ke bagian selatan Kenya yang terpencil, di dekat perbatasan Tanzania.

Iring-iringan mobil yang membawa Ibu Negara dengan mobil berukuran besar melewati desa-desa dengan sapi yang kurus, dasar sungai yang mengering dan gereja yang penuh sesak pada Minggu pagi yang cerah dan panas.

Gereja ini berfungsi sebagai pusat bantuan kemanusiaan.

Di Lositeti, Jill disambut ribuah warga yang sebagian besar berasal dari komunitas Maasai, yang berjalan kaki hingga 40 kilometer untuk mencapai satu-satunya mata air di kawasan itu.

Sejumlah penduduk bernyanyi dan menari sambil memberikan Jill sebuah shuka atau jubah tradisional berwarna merah yang dikenakan para penggembala yang terkenal karena kepiawaian mereka sebagai pejuang dan pemburu.

Jill duduk dengan sekelompok perempuan di bawah satu pohon, dan selama 30 menit ia berdialog dengan bantuan seorang penerjemah.

Koordinator Residen PBB di Kenya Stephen Jackson mengatakan dialog itu membahas pengalaman warga mengatasi krisis yang didorong oleh perubahan iklim dan diperburuk oleh krisis pasokan pangan global.

Bagaimana musim kering saat ini dibanding sebelumnya dalam masa hidup Anda? Bagaimana mendapatkan pekerjaan sekarang ini? Berapa banyak anak-anak yang tidak dapat pergi ke sekolah? Bagaimana kondisi balita? Inilah sebagian pertanyaan Biden kepada warga, sebagian besar perempuan, yang ikut berdialog dengannya.

Banyak yang menjawab dalam bahasa Maa.

Jill kemudian memaparkan hasil dialog itu kepada wartawan.

“Mereka bicara tentang bagaimana ternak-ternak mereka mati.

Jelas kita dapat melihat betapa buruknya kekeringan di sini.

Satu sumber mata air memberi makan 12 desa, dan setiap desa memiliki sekitar 1.000 – 1.200 orang,” ujar Jill.

Kepala Advokasi dan Komunikasi di Program Pangan Dunia WFP yang berkantor di Nairobi, Brenda Kariuki, mengatakan kepada VOA bahwa kebutuhan di seluruh wilayah Afrika Timur, termasuk Somalia dan Ethiopia, sangat besar.

“Kami membutuhkan sekitar US$6,5 miliar pada tahun 2023 saja untuk memberi makan orang-orang yang membutuhkan.

WFP bertujuan menjangkau 45 juta orang.

Itu tugas yang signifikan, dan kami tidak dapat melakukannya sendiri.

Jadi kami berharap pada donor dan mitra kami untuk benar-benar meningkatkan dan memastikan tidak ada orang yang tidur tanpa makan.” Duta Besar Amerika Untuk Kenya Meg Whitman mengatakan negara itu membutuhkan lebih dari sekadar perbaikan jangka panjang.

“Saya hanya akan menggarisbawahi apa yang dikakan Dr.Jill Biden bahwa setiap orang perlu membantu sebaik mungkin.

Karena ini akan berlanjut di masa depan.” Kariuki mengatakan kunjungan pejabat tinggi ke daerah krisis terpencil ini dapat membuat perbedaan besar.

“Kehadiran Ibu Negara Amerika di kawasan ini, terutama saat kita mengalami krisis kerawanan pangan, merupakan momen penting.

Saya kira ia memberi perhatian pada tantangan yang dihadapi negara ini.

Yaitu dengan bantuan makanan dan memasitkan orang-orang tidak sekarat dan tidur dalam keadaan lapar setiap malam.

Ia juga membawa perhatian warga pada dunia.”