Laju Perekonomian Cina Masih Merah

0
111

JAVAFX – Menurut sejumlah data yang telah dirilis pada hari Kamis (14/11) kemarin, menunjukkan bahwa melemahnya perekonomian China masih terus berlanjut ditengah dinamika perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Perdana Menteri China Li Keqiang menjelaskan negaranya lebih memprioritaskan menstabilkan pertumbuhan perekonomian ketimbang masalah lainnya.

Data Biro Statistik Nasional China pada Kamis kemarin merilis data yang menunjukkan pertumbuhan sektor industri China dan indikator utama lainnya masih melemah. Laju pertumbuhan ekonomi telah meleset dari perkiraan Oktober di tahun ini. Pada permintaan global dan domestik juga masih menurun ditengah berlarutnya perang dagang yang makin membebani perekonomian terbesar kedua di dunia itu.

Pertumbuhan sektor industri Tiongkok pada bulan Oktober di 2019 terpantau menguat 4,7 peraen jika dibandingkan untuk periode yang sama pada tahun lalu. Namun, angka kenaikan tersebut masih dibawah perkiraan pertumbuhan sebesar 5,4 persen dalam jajak pendapat Reuters.Pertumbuhan itu juga lebih lambat dari 5,8 persen setelah yang dicapai pada bulan September 2019 lalu secara tahunan.

Beberapa sektor lainnya juga menunjukkan pelemahan secara signifikan dan meleset jauh dari yang diperkirakan. Pertumbuhan ritel mendekati level terendah dalam 16 tahun terakhir. Untuk bidang infrastruktur hanya tumbuh sebesar 4,2 persen dalam sepuluh bulan pertama, jika dibandingkan pada periode Januari-September melambat dari kenaikan 4,5 persen.

Pemerintah daerha China juga tengah menghadapi tekanan fiskal yang meningkat karena sektor pajak mengalami penurunan dan melambat serta telah mengurangi pendapatan. Kondisi tersebut menghambat laju proyek infrastruktur besar yang perlu dilakukan Beijing untuk merangsang pertumbuhan.

Li Keqiang mengungkapkan diferensiasi regional China dalam kinerja ekonomi melebar ketika adanya beberapa daerah menunjukkan ekonomi yang melemah. Pemerintah China akan diprioritaskan dalam kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam kisaran yang wajar.

“Kami masih terus berupaya dalam menjaga dan menstabilkan perekonomian di lingkungan yang komplek dan terburuk dalam ekonomi China,” jelas Li.

Pada bulan Oktober lalu terlihat, harga produk manufaktur di China anjlok dalam tiga tahun terakhir ini. Aktivitas manufaktur terperosok dan mengalami kontraksi selama enam bulan berturut-turut. Begitu pada nilai ekspor Tiongkok juga mengalami penurunan berturut-turut dalam tiga bulan sebesar 3,8 persen.