Korea Utara, Jumat (13/10) mengecam kedatangan kelompok tempur kapal induk Amerika Serikat di Korea Selatan.
Negara yang mengisolasi diri itu menyebutnya sebagai provokasi dan mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan diri.
Didorong oleh kemajuan persenjataan nuklirnya, Korea Utara semakin sering mengeluarkan ancaman untuk menggunakan senjata tersebut terlebih dahulu.
Namun Korea Utara masih kalah dalam persenjataan dibandingkan pasukan AS dan Korea Selatan, dan para ahli mengatakan bahwa Korea Utara kemungkinan tidak akan menggunakan senjata nuklirnya terlebih dahulu, meskipun Korea Utara akan terus meningkatkan persenjataannya tanpa kembali ke jalur diplomasi untuk saat ini.
Ancaman nuklir terbaru Korea Utara terjadi sehari setelah USS Ronald Reagan dan kelompok tempurnya tiba di pelabuhan Busan di wilayah tenggara Korea Selatan, setelah latihan angkatan laut AS-Korea Selatan-Jepang di sebuah perairan internasional awal pekan ini.
Sejumlah pejabat pertahanan Korea Selatan mengatakan kapal induk tersebut akan berlabuh di Busan selama lima hari sebagai bagian dari perjanjian untuk meningkatkan pengerahan sementara aset-aset militer AS yang kuat sebagai respons terhadap meningkatnya program nuklir Korea Utara.
Pada hari Jumat, kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, menyebut kedatangan kapal induk tersebut sebagai “sebuah provokasi militer yang terang-terangan” yang membuktikan bahwa rencana Amerika untuk menyerang Korea Utara sedang direalisasikan.
Korea Utara mengancam akan memberikan tanggapan sejalan dengan doktrin nuklirnya yang semakin meningkat yang mengizinkan penggunaan senjata nuklir untuk alasan preventif.
Korea Utara berpendapat bahwa mereka terpaksa mengembangkan senjata nuklir untuk mengatasi apa yang mereka sebut sebagai rencana invasi Amerika dan Korea Selatan.
Korea Utara sering kali menanggapi dengan marah pengerahan aset-aset strategis AS seperti kapal induk, pesawat pengebom jarak jauh, dan kapal selam bertenaga nuklir, serta latihan gabungan AS dengan pasukan Korea Selatan.
Banyak ahli mengatakan Korea Utara meningkatkan ketegangan dengan para pesaingnya untuk memberikan alasan memperluas persenjataan nuklirnya dan kemudian menggunakan kepemilikan senjata tersebut untuk merebut konsesi yang lebih besar dari luar.
Sejak tahun lalu, Korea Utara telah melakukan lebih dari 100 uji coba rudal untuk menanggapi perluasan latihan militer AS-Korea Selatan.
Washington dan Seoul mengatakan latihan mereka bersifat defensif.
Tahun lalu, Korea Utara mengadopsi sebuah undang-undang yang menetapkan berbagai situasi di mana negara tersebut dapat menggunakan senjata nuklir, termasuk ketika negara meyakini bahwa kepemimpinannya menghadapi serangan musuh atau ketika negara tersebut perlu mencegah krisis bencana yang tidak dapat dijelaskan secara spesifik terhadap rakyat dan pemerintahnya.
Pemerintah AS dan Korea Selatan telah berulang kali memperingatkan bahwa setiap upaya Korea Utara untuk menggunakan senjata nuklir akan mengakibatkan berakhirnya pemerintahan Korea Utara yang dipimpin oleh Kim Jong Un.
Pada hari Jumat, Korea Utara juga menuduh AS berada di balik apa yang disebutnya sebagai “rumor yang tidak berdasar dan keliru” bahwa Hamas menggunakan senjata Korea Utara dalam serangannya baru-baru ini terhadap Israel.
Beberapa media termasuk Radio Free Asia, layanan berita yang didanai pemerintah AS, sebelumnya melaporkan tentang dugaan penggunaan senjata Korea Utara oleh Hamas seperti roket fragmentasi berdaya ledak tinggi F-7.