Para pengampanye iklim melambai-lambaikan plakat dan meneriakkan slogan-slogan pro-alam pada Rabu (7/12) saat Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa dimulai di Montreal, Kanada.
Mereka menyatukan para perunding global untuk “kesempatan sekali dalam satu dekade” untuk melindungi alam.
Para perunding itu berharap acara dua minggu ini menghasilkan kesepakatan yang memastikan ada lebih banyak “alam”–hewan, tumbuhan, dan ekosistem yang sehat–pada 2030 daripada yang ada sekarang.
Tetapi ketidaksepakatan mengenai target dan banyaknya materi yang harus dilalui selama dua minggu ke depan di COP15 tetap menjadi perhatian, kata Gavin Edwards, Direktur World Wildlife Fund International.
“Akan ada malam-malam yang sangat larut di sini untuk bisa mendapatkan kesepakatan yang kita inginkan,” kata Edwards di sela-sela acara, saat para pegiat meneriakkan slogan-slogan.
“Tapi kita berbicara tentang masa depan kehidupan di bumi ini.” Sebuah kesepakatan dapat mengarah pada pelindungan hampir sepertiga daratan dan lautan dunia pada 2030, sistem pertanian, kehutanan, dan perikanan yang lebih berkelanjutan, katanya.
“Pemerintah memiliki kesempatan sekali dalam satu dekade untuk menyetujui hal itu di sini.” Sebelumnya pada Rabu itu Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengumumkan anggaran hingga 800 juta dolar Kanada (Rp9,14 triliun) selama tujuh tahun untuk membiayai hingga empat upaya konservasi yang dipimpin masyarakat adat, membantu negara melestarikan 30 persen tanahnya pada 2030.
Lebih dari 1 juta spesies, terutama serangga, kini terancam punah, menghilang dengan kecepatan yang tidak pernah terlihat dalam 10 juta tahun.
Sebanyak 40 persen dari permukaan tanah bumi dianggap terdegradasi, menurut penilaian UN Global Land Outlook 2022./data/user/0/com.samsung.android.app.notes/files/clipdata/clipdata_221208_062158_166.sdoc