Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Jepang mengecam keras apa yang mereka sebut sebagai pasokan amunisi dan peralatan militer Korea Utara ke Rusia, dengan mengatakan pada Kamis (26/10) bahwa pengiriman senjata tersebut secara tajam meningkatkan jumlah korban jiwa dalam perang Rusia di Ukraina.
Pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh diplomat tertinggi Korea Selatan, AS, dan Jepang ini muncul beberapa hari setelah menteri luar negeri Rusia mencemooh klaim AS baru-baru ini bahwa negaranya menerima amunisi dari Korea Utara, dan mengatakan bahwa Washington tidak dapat membuktikan tuduhan tersebut.
“Kami akan terus bekerja sama dengan komunitas internasional untuk mengungkap upaya Rusia memperoleh peralatan militer dari (Korea Utara),” demikian pernyataan bersama Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dan Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa.
“Pengiriman senjata semacam itu, yang beberapa di antaranya kini kami konfirmasikan telah selesai, akan secara signifikan meningkatkan jumlah korban jiwa dalam perang agresi Rusia,” katanya.
Pernyataan bersama tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan tekad ketiga negara untuk secara aktif menanggapi kesepakatan transfer senjata yang dilakukan Rusia dan Korea Utara meskipun telah berulang kali diperingatkan oleh komunitas internasional, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Lim Soosuk kepada wartawan.
Korea Utara dan Rusia – keduanya terlibat dalam konfrontasi terpisah dengan AS dan sekutunya – baru-baru ini mengambil langkah-langkah untuk memperkuat hubungan militer mereka.
Spekulasi mengenai penyediaan senjata konvensional oleh Korea Utara untuk mengisi kembali gudang senjata Rusia yang sudah habis itu muncul bulan lalu, ketika pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan perjalanan ke Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin dan mengunjungi fasilitas militer utama.
AS, Korea Selatan, dan negara-negara lain yakin Korea Utara berupaya menerima teknologi senjata canggih dari Rusia untuk meningkatkan program nuklirnya dengan imbalan pasokan amunisi.
Selama kunjungannya ke Pyongyang pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan dalam pidatonya bahwa Rusia menghargai dukungan “tak tergoyahkan” Korea Utara terhadap perangnya di Ukraina.
Setelah kembali ke Moskow, Lavrov menepis tuduhan AS mengenai transfer senjata Korea Utara, dan mengatakan bahwa “Amerika terus menuduh semua orang.”