Korea Utara mempertahankan dan mengembangkan program rudal nuklir dan balistiknya sepanjang 2020 yang melanggar sanksi internasional.
Hal itu terungkap dalamlaporan rahasia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dilihat oleh Reuters pada Senin (8/2).
Laporan oleh pengawas sanksi independen itu mengatakan Pyongyang “memproduksi bahan fisil, merawat fasilitas nuklir dan meningkatkan infrastruktur rudal balistiknya,” dan terus mencari bahan dan teknologi untuk mengembangkan program tersebut dari luar negeri.
Laporan tahunan kepada komite sanksi Korea Utara Dewan Keamanan itu muncul hanya beberapa minggu setelah Presiden Amerika Joe Biden menjabat.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan pada Senin (8/2) bahwa pemerintah merencanakan pendekatan baru dengan Korea Utara, termasuk tinjauan penuh dengan negara-negara sekutu “pada opsi tekanan yang sedang berlangsung dan potensi diplomasi pada masa depan.” Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan mantan presiden Amerika Donald Trump bertemu tiga kali pada 2018 dan 2019.
Namun, pertemuan itu gagal membuat kemajuan terkait seruan Amerika kepada Pyongyang agar menghentikan program senjata nuklirnya dan tuntutan Korea Utara agar sanksi terhadapnya diakhiri.
Laporan PBB itu mengatakan negara anggota yang tidak disebutkan namanya telah menilai bahwa, dilihat dari ukuran rudal Korea Utara, “sangat mungkin bahwa perangkat nuklir” itu dapat dipasang ke rudal balistik jarak jauh, jarak menengah dan jarak pendek.
Misi Korea Utara untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan tersebut.