Korea Selatan berada dalam kondisi siaga tinggi, dan menilai bagaimana krisis yang meluas di Timur Tengah dapat berdampak pada situasi keamanan nasionalnya setelah kelompok militan Palestina, Hamas, melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel.
Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan, Cho Tae-yong tengah mengkaji kemungkinan dampak konflik Hamas-Israel terhadap keamanan Korea Selatan, ketika ia diberi pengarahan mengenai situasi itu, kata kantor Presiden Yoon Suk Yeol pada Senin (9/10).
Serangan Hamas terhadap Israel pada hari Sabtu (7/10) lalu adalah serangan paling mematikan yang terjadi dalam 50 tahun, dan tampaknya berkembang menjadi perang berskala penuh pada hari ketiga konflik.
Militer Israel mengerahkan 300.000 tentara cadangan pada Senin (9/10) ketika melakukan serangan penuh, sebagai balasan atas serangan mendadak oleh Hamas yang dilakukan lewat jalur darat, udara, dan laut.
Israel juga memberlakukan blokade total terhadap Jalur Gaza yang dikuasai Palestina.
Korea Selatan mengutuk Hamas atas serangannya terhadap Israel dan menyatakan keprihatinan mendalam atas jatuhnya korban sipil.
Konflik yang berkembang pesat meningkatkan kecemasan Korea Selatan atas kemungkinan bergesernya prioritas AS ke Timur Tengah, sehingga dukungan untuk menghalangi Korea Utara akan berkurang, menurut para analis.
Cho Han-Bum, rekan peneliti senior di Korea Institute for National Unification, sebuah lembaga kajian yang berbasis di Seoul, mengatakan jika konflik Israel-Palestina berujung pada titik di mana AS mengirimkan kapasitas militernya yang signifikan ke wilayah tersebut, AS dapat saja menurunkan prioritasnya dalam menjinakkan Korea Utara.
Robert Manning, rekan senior di lembaga Stimson Centers Reimagining U.S.
Grand Strategy project, mengatakan upaya pencegahan AS terhadap Korea Utara dapat terdampak jika “sebuah kontingen militer” muncul di Timur Tengah di mana kontingen tersebut akan membutuhkan dukungan signifikan dari pihak militer AS.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won-sik, yang baru menjabat sejak Sabtu (7/10), meminta pihak militer negaranya untuk bersiap melawan Korea Utara ketika ia berkunjung ke Divisi Satu Infanteri di dekat perbatasan antara kedua negara Korea pada Senin.
Di sisi lain, Evans Revere, yang menjabat sebagai pelaksana tugas asisten sekretaris untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik di Departemen Luar Negeri AS semasa pemerintahan Presiden George W.
Bush, mengatakan ia tidak melihat adanya dampak negatif pada keamanan Korea Selatan dari serangan yang muncul di Timur Tengah.